Setiap hari anda tentu mendengar cerita-cerita kakek dan
nenek serta senda gurau mereka, cerita-cerita yang mendorong cinta tanah air
dan cerita-cerita tentang ketinggian budi pekerti, cerita-cerita yang didalamnya
ada kesenangan dan hiburan. Jika mau memperhatikan, sebetulnya tema-tema dari
sebuah cerita akan mengajak kita mengenal diri.

Kapan anda mengenali diri anda? Siapakah anda? Bagaimana
Anda bisa mengenali diri, sedangkan Anda tidak pernah mau mengenalinya disetiap
saat. Hari-hari anda hanya dipenuhi dengan bersenang-senang. Anda sering
mengatakan “Aku”, tetapi apakah anda
pernah bertanya lagi kepada diri Anda: “Siapa sebenarnya Aku” Apakah tubuhku
ini adalah aku? Apakah aku adalah anggota badan ini dan anggota yang lain?
Sesungguhnya fisik ini kedang-kadang berkurang oleh virus ataupun penyakit,
yang mengakibatkan seorang berkurang kemampuannya. Maka, siapakah sebetulnya
aku?
Dahulu saya adalah anak-anak, lalu menjadi remaja, kemudian
menjadi dewasa. Tidakkah anda mencoba bertanya apakah remaja ini adalah anak
itu? Dan, tangan saya, apakah tangan yang kecil itu? Kemana perginya tangan
itu? Dari mana datangnya ini semua?
Pagi-pagi itu anda mendengar deringan jam untuk bangun. Diri
anda merasa diajak untuk bangun. Ketika anda terbangun maka anda pelan-pelan
mendengar panggilan kehangatan tempat tidur, beserta kenyamanannya. Keduanya
saling menarik: yang satu mengajak bangun dan satu lagi menyeret untuk tidur
kembali. Apakah anda pernah bertanya apa ini dan apa itu? Apa Anda berada
diantara keduanya? Tidak sedikit orang yang menggambarkan keburukan dan
kemalasan untuk anda, lalu menyeret untuk tidur kembali lantaran kelezatannya.
Nah, kira-kira apa yang membuat anda malas bangun tidut? Mereka mengatakan
bahwa yang mengajak tidur adalah nafsu dan yang mengajak bangun itu adalah
akal. Pernahkan anda dalam sehari memikirkannya, benarkah nafsu yang mengajak
pada kejelekan dan akal yang mencegahnya.
-Nafsu membawa kita
pada yang berlebihan dan akal yang membatasinya: seperti sebuah kendaraan yang
berjalan pelan maka lama mencapai tujuan, dengan nafsu menjadikannya melaju
kencang. Namun untuk benar-benar sampai ditujuan ia harus berhenti, disanalah
akal bekerja untuk menempatkan kendaraan itu sesuai pada tujuannya. Han
Prahara-
Ketahuilah bahwa diri anda adalah makhluk yang menakjubkan:
silih berganti, berubah setiap saat, dan tidak menetap dalam satu keadaan. Anda
menyukai seseorang, sehingga Anda melihatnya sebagai raja; kemudian anda
membencinya, dan melihatnya sebagai setan. Ubahlah keaadaan diri anda dalam
fitrahnya, maka akan terlihat dunia yang tertawa. Jika anda digambar maka
gambar-gambar itu akan dipenuhi dengan warna-warna yang jelas. Lantas anda
melihatnya, hingga membuat bingung dan menangis. Badan Anda menjadi lemah,
membuat anda tidak mampu bergerak lagi.
Berbeda saat kedudukan mengelilingi anda, otomatis
kegembiaraan akan memasuki diri Anda. Anda menjadi giat dengan akal dan berlari
seperti larinya kijang. Maka, dimanakah letak kekuatan itu bersembunyi dalam
diri anda? Apakah anda pernah bertanya ketika marah atau bahagia, bagaimana
Anda mampu melakukannya?
Wahai saudaraku sesungguhnya jiwa itu seperti sungai yang mengalir,
sehingga tidak settes airnya yang tetap pada tempatnya, dan tidak sebentarpun
berhenti. Tetesan air itu akan datang dan pergi. Tetesan air itu didorong dari
belakang. Jika mati satu maka akan lahir satu lagi.
Nah, begitulah kiranya gambaran diri anda. Ada yang mati da
nada juga yang lahir. Maka carilah diri Anda yang sempurna, dan naikkan ia
ketempat tertinggi, sehingga anda akan selalu melahirkan sesuatu yang baik.
Jangan katakan “Saya tidak mampu.” Oleh sebab itu jangan membeku dalam suatu
keadaan. Sesungguhnya anda selalu dalam perjalanan dan segala keadaan yang anda
miliki adalah tempat pemberhentian. Anda tidak akan turun didalamnya, sehingga
anda mengenali diri sendiri.
Hai saudaraku, bersabarlah dengannya. Penuhkan
rahasia-rahasianya, dan selalu bertanya, apa itu jiwa? Apa itu akal? Apa itu
hidup? Apa itu umur? Akan kemana perjalanan ini? Janganlah anda lupa bahwa
orang yang mengenali dirinya akan mengenali Tuhannya. Maka, kenalilah hidup,
kenalilah kelezatan yang hakiki, yakni pahala disisi-Nya. Barang siapa yang
melupakan Allah, maka sesungguhnya Allah akan melupakan diri mereka.
Dikembangkan dari Hal 125-128
IR Pradhana
Komentar
Posting Komentar
Tiada gading yang tak retak, saran dan masukan Anda akan sangat membantu kami. Budayakan Membaca Sampai Akhir, Jika ada yang masih kurang jelas, Anda dapat menuliskannya pada kolom komentar di bawah ini atau melalui Contact Us di bagian blog ini.
1. Centang kotak Notify me untuk berlangganan.
2. Setiap Komentar yang masuk akan kami moderasi, sebelum tampil dipublish.
3. Patuhi pedoman berkomentar dengan sopan santun dan menghargai pendapat orang lain.
Semoga kedepannya kita dapat bekerja sama dengan baik!
Salam Sukses dan Bahagia.