Solusi Pendidikan Indonesia bag II

Assalamualaikum, Bapak Menteri yang Istimewa, semoga bisa mengambil manfaat dari tulisan ini disaat yang tepat.
Paradigma Apa yang perlu diketahui ketika seseorang ingin memperbaiki dunia pendidikan di Indonesia?

Kondisi terkini yang dapat saya laporkan ketika ingin memaksimalkan kinerja adalah sistem teknologi pendidikan  yang belum bersinergi misalkan saja dalam raport mutu sekolah dan dapodik yang saat ini saja semakin menurun.

Jika tulisan dibagian pertama yang harus diselesaikan adalah terkait guru honorer yg jika terselesaikan akan meningkatkan efektivitas program meski anggarannya besar namun sebanding dengan hasilnya maka yang kedua yang tidak kalah penting adalah sistem yang kini sebenarnya malah membatasi karena sering dijadikan alasan yang tidak terbantahkan. Padahal ini juga tugas pemerintah bukan hanya membuat sistem tapi juga menjaga guru dan siswa tidak boleh menurun.

Saat inj dapodik saja guru gtt di smk yang mengajar lebih dari dua tahun belum bisa masuk datanya kesistem, siswa baru yang mau pindah pada tahun ajaran ini juga tidak bisa pindah karena sistem padahal alasannya ibunya meninggal dan kembali ke jawa.
Raport mutu yang digunakan sebagai acuan pengembangan sekolah hasilnya semakin tidak valid. Meski kunci spmi bukan pada sistem atau hasil raport mutu karena masalah sesungguhnya ada pada proses dimana hasil nya sulit diterapkan karena dihasilkan dari proses yang berat. Bisa dibayangkan misalkan seorang siswa banyak hal yang harus diselesaikan maka apakah hasilnya bisa bagus, misalkan bagus hasilnya pun apakah bisa meresap atau melekat dalam diri anak itu untuk diterapkan. Demikian juga ketika kementerian menerima banyak hal apakah bisa menyelesaikan semuanya? Misalnya bisa dan hasil baik apakah bisa diaplikasikan dengan baik. Inilah paradigma dari pentingnya sistem yang sebenarnya sudah di ketahui banyak orang namun juga sering terbaikan.

Intinya setelah saya melihat Menteri Makarim di matanajwa menjelaskan tentang Organisasi penggerak maka saya semakin yakin Anda sangat cerdas bahkan saya yang cerdas tidak memikirkan ada cara dari dunia pendidikan untuk mengumpulkan kembali metode terbaik bagi Indonesia akan coba di realisasikan oleh Mas Menteri. Meski saya tahu bahwa dulu kita punya kurikulum dari Ki Hajar Dewantara yang juga diadopsi negeri tetangga dan terus di perbaiki sampai saat ini.

Sistem yang kokoh dan terus di update harus dibangun terlebih dahulu sebelum hal inovasi yang terbaik seperti pop sekalipun, karena sebagai pondasinya. Tanpa ini program Anda sangat rentan bahkan bisa dikatakan berbahaya bagi Anda karena bisa dikatakan program apapun akan tidak seimbang dengan sistem dan hasil nya sudah jelas. Tidak ada yang bisa diharapkan dari pertentangan tersebut.

Paradigma kedua adalah mengenai sertifikasi guru, seolah dianggap guru diberi sertifikasi dan normal ditambah tugasnya, padahal ketika kita lihat guru yang mengajar bertatap muka langsung dengan 100 lebih peserta didik seharusnya gajinya saat ini 10juta dan jika sertifikasi 1 kali gaji maka gaji 3,5+3,5 maka sebenarnya gaji guru bersertifikasi masih BELUM PANTAS (Apalagi guru tidak tetap yang mengajar 40jp dengan gaji kurang dari 1/4 nya guru bersertifikasi).

Normalnya segala persoalan harus segera diselesaikan namun faktanya hanya bisa berjalan bertahap bahkan kurang cepat. Namun bagi orang seperti saya sudah terdengar sangat baik.

Normalnya ketika kita mendapat tambahan amanah atau tugas semakin menambah ibadah kita, bukan tetap. Namun kebanyakan ketika ditunjuk jadi menteri misal malah menurun ibadah kepada Sang pencipta.

Saya melihat Menteri Nadiem basicnya adalah teknologi dan tentu masyarakat menunggu dan lebih tentram jika sistem aplikasi sekolah Anda yang memandu pengsinergiannya. Seperti halnya guru harus berwibawa segala aspek dimata muridnya agar ilmunya berharga dimata siswa sehingga siswa tertarik belajar. Sementara guru gtt dengan keadaan yang sangat terbatas hal ini saja menjadi tantangan besar.