Apa sih hari santri itu?
Bisakah kita menerima hari santri tanpa sebelumnya kita tahu latar belakang yang menyebabkan tanggal 22 oktober dijadikan hari santri nasional?
Anda mungkin tidak bisa tapi saya bisa. Benarkah bagaimana ceritanya SDR Dewangga?
Kata santri saja sudah cukup mewakili untuk menilai bahwa memang pantas untuk dijadikan hari istimewa.
Santrilah entitas yang menjadi pelindung dari cahaya para kyai atau ulama yang telah berjuang dan berkorban bagi bangsa ini.
Merekalah yang menjadi perpanjangan tangan yang berjuang dengan ikhlash dalam suka duka perjalanan seorang kyai. Terbitlah para pejuang kemerdekaan yang tangguh yang sebelumnya telah tergembleng sebagai santri.
Santri seperti halnya sampul Al-Quran, yang ikut kemanapun Al-Quran itu berpindah. Dalam dirinya mungkin minim ilmu seperti halnya ilmu yang dimiliki para ulama, namun karena menempel dengan suatu yang mulia maka santripun mendapatkan kemuliaan. Kehadirannya saja jika di letakkan dimanapun akan membawa energi positif bagi ulama yang mampu semakin menerangi bangsa ini.
Seperti halnya Al-Quran, ketika ada sesuatu yang bersama Al-Quran maka akan menjadi mulia. Rasulullah dengan mukjizat Al-Quran menjadi Nabi yang paling mulia, Ramadhan bulan turun nya Al-Quran menjadi bulan yang paling mulia, hari jum'at hari turunnya Al-Quran menjadi hari yang paling mulia, malam lailatul qodar yaitu malam turunnya Al-Quran juga menjadi malam yang penuh kemuliaan.
Seorang yang mencintai Al-Quran, membaca dan mempelajari Al-Quran pantas menjadi santri, sebaliknya meski mengaku santri jika asing dengan Al-Quran maka akan sangat berbahaya.
Seperti halnya yang marak terjadi kemarin yaitu gelombang unjuk rasa, jika yang melakukan demo orang yang sholat maka InsyaAllah akan menjadi hal positif bagi bangsa, namun jika yang berunjuk rasa mereka yang tidak sholat dan mendemo pemimpin yang sholat maka akan berbahaya.
Akhir tulisan ini ingin saya sampaikan Selamat Hari Santri Nasional. Mari kita semarakkan sesuai himbauan pemerintah untuk memakai baju muslim, sarung dan kopyah hitam. Penulis sendiri adalah salah satu penyuka sarung, karena dengan nya mudah untuk membuka untuk buang air kecil sambil duduk seperti yang Baginda Rasulullah SAW ajarkan.
Penulis SDR Dewangga

BalasHapusDua puluh dua Oktober dipilih karena bertepatan dengan satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasjim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Pada tanggal tersebut, KH Hasjim Asy’ari menyerukan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.
KH Hasyim Asy’ari lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada 14 Februari 1871. Beliau meninggal di Jombang, Jawa Timur pada umur 76 tahun tepatnya tanggal 21 Juli 1947. KH Hasyim Asy’ari merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang mendirikan Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama bermakna kebangkitan ulama dan didirikan pada tahun 1926. Organisasi tersebut kemudian menjadi organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Sosok KH Hasyim Asy’ari mendapatkan julukan Hadratus Syeikh di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren, yang berarti maha guru.
Pandangan KH Hasjim Asy’ari mengenai Ahl al-sunna wa al-jama’ah yakni tidak memiliki makna tunggal, tergantung perspektif yang digunakan. Setidaknya terdapat dua perspektif yang digunakan untuk mendefinisikan Ahl al-sunna wa al-jama’ah, yakni teologi dan fiqh. Melalui karya-karyanya dapat disimpulkan bahwa Ahl al-sunnah wa al-jama’ah pada dasarnya lebih mengandaikan pola kebragaman bermadzhab kepada generasi Muslim masa lalu yang cukup otoritatif secara religius.
Resolusi Jihad
Para ulama selalu mengawal kemerdekaan Indonesia. Bahkan setelah kemerdekaan, para ulama tetap mengawal kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh kepahlawanan KH Hasyim Asy’ari dengan fatwa jihadnya, pada 14 September 1945.
Resolusi Jihad diputuskan dalam rapat para konsul NU Se-Jawa Madura. Isi dari Resolusi Jihad tersebut diantaranya: (1) kemerdekaan Indonesia wajib dipertahankan, (2) umat Islam, terutama warga NU, wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia, (3) kewajiban tersebut adalah “jihad” yang menjadi kewajiban bagi setiap orang Islam dalam jarak radius 94 Km (jarak dimana umat Islam dapat melakukan shalat jama’ & qasar). Sementara itu, bagi mereka yang berada di luar jarak tersebut, wajib membantu saudara-saudaranya yang berada dalam jarak 94 Km tersebut. Terdapat tambahan dalam teks lainnya, yakni “Kaki tangan musuh adalah pemecah belah kebulatan tekad dan kehendak rakyat dan harus dibinasakan; menurut hukum Islam sabda hadits (Nabi) riwayat Muslim.”
Dampak Resolusi Jihad
Resolusi Jihad ini berdampak sungguh luar biasa. Puluhan ribu kyai dan santri berperang melawan Tentara Sekutu. Sebanyak lima belas ribu Tentara Sekutu dengan persenjataan serba canggih tak mampu menghadapi pasukan perlawanan pasukan kyai dan santri. Brigadier Jenderal A.W.S. Mallaby pun tewas dalam pertempuran yang berlangsung tiga hari berturut-turut, yakni pada tanggal 27, 28, 29 Oktober 1945. Hal ini membuat marah angkatan perang Inggris, sehingga ujungnya terjadi Peristiwa Pertempuran 10 November 1945. Peristiwa tersebut kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan