Langsung ke konten utama

Takdir Petir : Arc From Puji To Semeru

Bagian Pertama

Ilmu pengetahuan memiliki ketetapan bahwa partikel cahaya adalah partikel yang sangat cepat bahkan melebihi kecepatan bunyi. Ketika hujan yang tidak terlalu deras sering kali terjadi petir, maka makhluk hidup dibumi akan melihat cahaya petir terlebih dahulu sebelum mendengarkan suara guruhnya. Namun benarkah dalam kilatan yang sangat cepat itu hanya ada partikel cahaya adakah partikel yang bisa menyamai bahkan melebihi kecepatan partikel cahaya?, jika manusia menjadi sebuah partikel yang bergerak. Lebih cepat mana partikel manusia dengan partikel cahaya?.

Sore itu kilatan-kilatan cahaya telah menyinari langit yang mulai gelap. Terkadang diantara kilatan itu ada sebuah kilatan yang melesat lebih cepat dari yang lainnya. Suara guruh menggelegar setiap kali kilatan datang seolah sepasang kekasih yang selalu berdampingan. Jalanan ditempat itu hanya ada sebuah jalan setapak sementara disekitarnya adalah semak  yang tumbuh liar dengan berbagai macam jenis tanaman perdu.

Entah dari mana seorang pemuda datang dengan pakaian tidurnya, dengan selimut tebal menutupi punggung sampai tumitnya. Rambut pemuda itu lebat dan dalam setiap langkahnya tersirat wibawa. Orang yang mengenalnya tentu akan lebih tertarik karena diamnya seolah menyimpan misteri yang tanpa batas. Pemuda itu bernama Hara, awalnya langkahnya agak pelan dan gontai, namun tiba didekat sebuah pohon besar yang daunnya berguguran berbentuk jarum, langkahnya semakin dipercepat. Hujan deras seketika datang seolah berjalan dari hadapan pemuda itu disertai udara dingin yang menyengat pori-pori. Hara kembali ketempat yang tadi dilewatinya, dimana sepasang matanya telah menangkap sesosok jasad hitam. Ya dia kembali kebawah pohon pinus itu bukan untuk menghindari hujan atau mencari tempat berteduh namun sebenarnya tadi matanya melihat sesosok jasad wanita yang dari arteri lengan kirinya mengalir darah segar sampai menggenangi hampir seluruh  jemari jasad itu.

Jika bukan karena kawatir guyuran deras air hujan itu memperparah luka tersebut, tentu dia tidak akan segera kembali ketempat itu. Jika bukan karena dalam dadanya bergejolak kekawatiran terhadap luka pada jasad itu yang akan semakin banyak mengeluarkan darah, mungkin pemuda itu hanya akan berlalu dari sana. Karena dalam hatinya pun kini sedang menghujam pertanyaan yang berat tentang apa yang baru saja ia alami. “Oh hujan kenapa kau datang ketika aku tidak bisa menikmati kehadiranmu” keluh Hara dalam hati.

Semakin dekat jasad itu dengan Hara, tampaklah lebih jelas dia seorang gadis yang kulitnya menghitam seolah baru terlempar dari tungku tua sisa pembakaran, rambutnya berantakan dan dari tubuh itu keluar bau yang sangat tidak sedap bahkan lebih tidak sedap dari bangkai tikus yang kadang Hara temui tertinggal oleh kucing disekitar rumahnya.

"Ada apakah dengan gadis ini" tanya Hara dalam hatinya.

Pikiran tentang sosok hantu yang belum lama ia bicarakan dengan sahabatnya tiba-tiba datang menyentil hatinya. Namun ia singkirkan pikiran itu dengan mengepalkan tangan dan menarik nafas panjang seperti yang ia biasa lakukan ketika sedang menyemangati dirinya. Hal itu ia lakukan sampai beberapa kali. Dilihatnya kembali mata gadis itu masih terpejam, namun Hara masih bisa merasakan aliran darah yang berdenyut lemah dari jasad itu,  Sementara darah mengalir semakin cepat membuat Hara panik karena ia tak pernah berpikir akan ada seorang yang masih hidup ketika arterinya pecah, Ia ambil apapun yang bisa didapatkan dari sakunya . Akhirnya ditemukan sebuah slayer batik bermotif tenun lurik kesayangannya yang tidak terlalu halus namun cukup tebal.  Tanpa ragu Hara membalut luka pada lengan wanita itu. Jantungnya berdetak makin kencang. Masihkan gadis itu tertolong atau ia akan menjadi seorang pembunuh meski secara tidak langsung.

Hujan masih seolah memberikan tanda belum akan reda sementara angin memainkan butiran air kesegala penjuru yang dapat ia gapai. Ketika dilihatnya air hujan mengenai hampir seluruh bagian gadis itu tanpa sadar tangannya memasangkan selimut hangat dari punggungnya pada jasad itu. Kemudian Hara mengangkatnya ketempat yang lebih tinggi dan ia tinggalkan selimut tebal yang tak sengaja ia bawa tadi pada gadis itu. Bagian luar selimut itu agak basah namun bagian dalamnya masih kering dan hangat.

Ia mengambil setangkai daun talas lalu ia bentuk menjadi wadah air sambil tampak ia memikirkan hal yang begitu berat. Pada akhirnya ia tinggalkan gadis itu disana dengan sebuah daun talas lain menutupi sebagin tubuhnya. Guyuran hujan membuat aroma tidak sedap dan warna kehitaman pada jasad itu sedikit memudar. Namun hal itu malah membuat Hara tidak mau berlama-lama didekat jasad itu.

Hara baru saja membuat sebuah keputusan yang benar, namun bisa jadi ia akan membuat juga keputusan yang salah jika ia berlama-lama ditempat itu.

Pikiran Hara masih kalut dan tubuhnya terasa sangat lelah masalah belum lagi teratasi ia telah kalah dengan perasaan ibanya. Pertanyaan yang mengganggu pikirannya pun  masih belum terpecahkan. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya namun ia tahu satu hal yang harus ia pastikan saat ini. Udara ditempat itu begitu dingin dan minimnya oksigen dalam udara membuat setiap orang yang berada ditempat itu menjadi sesak. Namun Hara telah mengambil keputusan. Ia pegang topi itu sejenak dan entah apa yang  ada dalam pikirannya, ia tidak berada ditempat itu lagi.

Kepergiannya yang begitu misterius, tanpa Hara sadari tidak lepas dari pengamatan sepasang mata yang lentik yang penuh kemarahan yang memandangnya dengan lemah mulai sesaat setelah Hara membalikkan diri meninggalkan gadis itu.

Hara sampai disuatu tempat yang terasa aneh baginya, karena kakinya tidak merasakan tanah yang biasa ia pijak. Ketika dilihatnya sebuah cabang tak jauh dari posisinya maka sekuat tenaga ia coba raih ranting itu dengan gaya terbaiknya hingga tampak seperti perenang profesional gaya bebas, saking bebasnya ketika hanya sedikit cabang ranting itu yang tersentuk. Menyusul suara benda yang menabrak tanah dengan cakup keras. Benda yang tidak lain adalah sesosok manusia bernama Hara.

 

 

Bagian Kedua

Hara hanya berjalan tidak lebih dari 10 meter sampai ketempat dimana tendanya berdiri, disana ia kembali rebahkan dirinya seperti apa yang sebelumnya ia lakukan seolah ia tidak pernah pergi dari tempat itu. Sambil kembali mengingat hal-hal tidak biasa yang menimpa dirinya. Bukankah setiap kelebihan memiliki tanggung jawab untuk diselesaikan sesuai kadar dan kemampuan makhluk tersebut. Bumi memiliki tanggung jawab untuk menjadi tempat berpijak bagi manusia, hewan dan tumbuhan, menjadi tempat istirahat yang tenang, dan sumber bagi tumbuhnya berbagai kehidupan baru secara bergantian.

Langit menjadi selimut bagi bumi dan seluruh isinya, memberikan lukisan indah diangkasa yang senantiasa merubah warnanya agar manusia selalu sadar bahwa ada waktu yang selalu berjalan. Diantara langit dan bumi kadang tersirat hujan yang membawa anugrah kehidupan dari Sang Pencipta. Disela-sela hujan ada kilatan cahaya petir yang seringkali menjadikan manusia ketakutan dan selalu ingat betapa mudahnya kematian itu datang. Semua berjalan dengan harmoni sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Lalu apa yang harus Hara lakukan dengan misteri yang ia temukan pada kehidupannya akhir-akhir ini. Apakah hanya untuk menolong orang lain seperti seorang pahlawan di film-film atau cerita fiksi. Kalau hanya untuk itu tentu tidak akan seru, padahal dia adalah seorang yang ingin bebas tidak terikat dan selalu maju bersama teman-temannya.

Malam itu langit gunung Puji diselimuti awan hitam yang setiap saat menyambarkan petir, selama beberapa hari. Para pendaki gunung tidak lagi berani mendaki gunung tersebut, bahkan juru kunci juga telah lebih awal memperingatkan bahwa gunung puji beberapa hari kedepan tidak akan ramah untuk dikunjungi.

Pikiran Hara mengembara mengingat sekelompok organisasi aneh baginya, yang anggotanya memakai syal putih yang sekarang malah berbondong-bondong mendatangi gunung puji. Kelompok tersebut dikenal dengan sebutan sullintar, konon mereka mengaku bersahabat dengan petir. Kedatangan mereka tentu erat hubungannya dengan fenomena aneh di gunung puji. Orang-orang ini begitu gaduh dengan memacu kudanya di kaki gunung puji, sementara mereka yang diatas gunung membuat jalan yang ditandai dengan syal putih yang mereka ikatkan di tiang-tiqng bambu dan mengkibar terbang tertiup angin. Putih dan bergelombang seperti sebuah aliran sungai yang menuju puncak gunung.

Disaat bersamaan ternyata masih ada beberapa pecinta alam yang tidak mau menyia-nyiakan fenomena ini meski mereka tidak seberani anggota sullintar yang sampai menyebar diseluruh bagian gunung. Para pecinta alam ini hanya membuat tenda disekitar pelataran rumah juru kunci.

Petir terus menyambar-nyambar dalam frekuensi yang semakin tinggi. Bahkan beberapa tiang yang diberi syal itu hangus tersambar petir. Namun orang-orang aneh itu semakin tampak bersemangat. Dipuncak gunung dua orang yang mengenakan pakaian serba putih dan memakai penutup kepala memegang sebuah galah dengan syal yang tidak lagi diikatkan diujungnya namun syal putih tersebut dililitkan kesemua bagian galah tersebut. Entah kebetulan atau tidak hampir banyak kali ketika tiang itu menghadap ke kiri keluar petir besar dari kiri, ketika tiang itu condong ke kanan keluar petir dari sebelah kanan. Tampaknya rumor tentang sebuah organisasi penakluk petir itu memang bukan isapan jempol belaka.

Hujan mulai reda, dan awan hitam mulai memudar seolah berpendar bersama cahaya mentari,  membuat setiap mata takjub, para pecinta alam termangu oleh keindahan alam setelah itu. Bunga-bunga yang tadi condong terkena hujan kini mekar, sinar keemasan memancar bersama pendar embun. Kodok mulai kembali bernyanyi saling menyusul dengan sekawanan jangkrik. Sekelompok pemuda memberanikan diri mendaki agak tinggi. Mereka tampak bersemangat. Meski telah melihat beberapa kelompok pencinta alam yang kembali turun gunung mereka tetap melanjutkan perjalanan itu.

Belum sampai setengah perjalanan mereka bertemu beberapa orang bersyal putih yang tidak lain merupakan anggota sullintar.

“Maaf kakak-kakak kemanakah gerangan tujuan anda?” Tanya seorang yang termuda dari salah satu rombongan ini.

“Kami ingin ke puncak” jawab temanku yang bernama Hakim, kebetulan ia adalah penduduk di sekitar gunung puji ini.

 “Gelombang petir belum usai, sangat berbahaya bila kalian mendaki lebih tinggi lagi”.

“Terimakasih atas peringatannya. namun senyampang masih terang kami ingin lebih dekat merasakan indahnya alam ini” balas Prabu.

”Kalau demikian besok lusa juga tentu kalian dapat keatas gunung, pasti keindahannya semakin indah setelah tiang-tiang ini kami bersihkan dulu” Jawab orang bersyal tadi tetap dengan senyum yang ramah.

“kami ingin melihat sekarang” jawab Rikky. Sambil berjalan lebih dulu.

Namun dari belakang rombongan sullintar tampak juga ada yang hendak maju. Seorang yang bersyal putih hingga menutupi jalan Rikky, ketika akan lewat disampingnya ternyata ada lagi seseorang yang menutupi jalannya seperti tadi.

Ketegangan hampir berakhir ricuh, keempat pemuda itu terhambat disana. Sementara orang-orang bersyal putih tetap tidak memberikan jalan. Hakim dan Rikky tampak sedang beradu dorong seperti bermain gobak sodor dengan beberapa orang dari mereka. Meski tidak mutlak seperti permainan anak-anak, namun jelas terlihat siapa yang hendak ingin lewat dan yang hendak menahan mereka untuk tidak lewat.

“Siapa sebenarnya kalian, kenapa orang-orang yang terhormat mericuki pemuda-pemuda yang haus pengalaman seperti kami?” Suaranya agak berteriak meski tetap dengan menunjukkan penghormatan pada mereka. Kali ini Hara yang ambil suara. Seorang yang berambut lebat dan perawakan yang rupawan.

“Kami hanya tidak ingin ada yang terluka, jika kakak-kakak memaksa mendaki lebih tinggi. Jadi mohon maaf jika kami terkesan melarang kakak mendaki kepuncak. Pandangan pemuda itu menajam dan tampak sedikit congkak, sambil pandangan keduanya bertatap agak lama. Rikky tampaknya tidak tahan lagi dan menyikut salah seorang yang menghalangi jalannya hingga jatuh, seseorang yang bersyal putih lainnya juga tidak tinggal diam dan hendak membalas hal tersebut namun kini Hakim yang menahan orang tersebut mendekati Rikky, untung kejadian itu tidak berlanjut, karena seseorang dari arah sebelah bawah gunung datang ditempat itu. Yang tidak lain adalah juru kunci gunung puji, menyampaikan salam dengan sopan kepada seorang yang bersyal putih yang tadi bicara dengan kami,

“Nak Widi maaf, ini tugas saya untuk memberi pengertian kepada para pemuda yang ingin mendaki puncak, tidak pantas orang seperti anda yang melakukannya” Kata orang tua itu lembut namun penuh wibawa. Dialah Mbah Ritro yang juga sangat kami hormati.

 “Kalau eyang yang mengatakannya ananda menurut saja. Namun jika mereka masih tidak tahu adat pada eyang kami tidak keberatan mengulurkan bantuan” kata pemuda bersyal yang ternyata bernama Widi.

Mbah Ritro kemudian memandang kami dengan agak marah, dan menuntun kami untuk turun gunung, meski tanpa kata-kata namun entah kenapa kami mengikuti beliau, mungkin karena wibawa dan karismanya. Sebenarnya kami sudah cukup lama mengenal mbah Ritro, karena hampir dua kali setiap setahun kami datang untuk mendaki kegunung ini. 

Burung gagak tampak turun dari arah gunung ketika tiba-tiba Hakim menghentikan langkahnya, “aku mau kencing, kalian duluan saja” ujar Hakim singkat.

“Aku juga” susul Hara,

Akhirnya mereka berhenti. Mbah Ritro masih terdiam, tidak seperti biasanya beliau sering memberi nasehat kami, dan bahkan bercanda. Sesaat kemudian akhirnya Hara yang datang terlebih dahulu, sambil memegang galah yang ia temukan dari sisa tiang-tiang sullintar yang tampak sedikit hangus dan tidak terlalu panjang.

“Hakim masih menunaikan hajadnya” kata Hara tanpa ditanya. Sementara mbah Ritro beranjak pergi.

Akhirnya kami melepas lelah ditempat itu, suatu hal yang mengejutkan tampaknya datang dari arah jam 11 dari tempat Prabu berdiri. Kami menghela nafas panjang. Ternyata meski tadi yang menghadang kami tampak hanya 5 atau 6 orang. Dari tempat lebih jauh tampak jumlah mereka lebih dari 20 an orang, karenanya kami bersyukur mbah Ritro segera datang bagaimana jadinya jika kami sampai terlibat baku hantam dengan mereka.

Hara memasang topinya diatas galak yang tadi ia temukan menariknya seperti sebuah layang-layang, membuat keempat temannya mengembangkan senyuman khas mereka dan berhasilkan mencairkan suasana yang sendu. Setelah kepergian mbah Ritro, Keempat pemuda ini ternyata tidak menyerah untuk naik keatas gunung, meski harus lewat jalan yang asal-asalan, yang penting keatas dan terus mendaki.

Hara yang paling semangat, suatu hal yang memang menjadi ciri khasnya.

 “Ini adalah semangat bajak laut kawan, Biarpun kita hanya berempat tapi semangat kita adalah semangat perompak baik hati” sambil mengangkat topinya tinggi-tinggi.

“Iya paling gak sekarang kita ketambahan satu personil baru” tambah Rikky sambil melirik topi hara yang bergerak-gerak diujug galak pendek ditangan hara.

“Betul…betul” sela Prabu menirukan ipin dan upin.

 Suasana menjadi riang kembali dan semangat mereka untuk mendaki lebih tinggi bersemi kembali.

Hari itu langit semakin gelap…

Entah apa yang terjadi ternyata topi hara tersambar petir, meski tidak ada yang terluka. Ternyata topi itu tanpa disadari memiliki kekuatan misterius, yaitu kekuatan yang membuat hara bisa berpindah ketempat lain secepat kilat. Apa sebenarnya yang dicari oleh kelompok sullintar? apakah ada hubungannya dengan kekuatan berpindah tempat yang didapatkan hara atau atau lebih seperti legenda sebuah kekuatan yang konon untuk melintasi waktu (bagaimanapun suatu hal yang belum terjadi merupakan misteri bagi kehidupan ini dan tidak mungkin manusia dapat mengubahnya)


 

Bagian Ketiga

Malam telah tiba, ketika keempat pemuda itu hampir mencapai puncak gunung, awan hitam kembali menebal mengelilingi gunung puji. Mereka tahu hal itu karena langit yang awalnya penuh bintang telah lenyap, bahkan bulan yang sabit pun telah sempurna tertutup awan. Petir mulai menyambar-nyambar seperti manusia yang rakus melahap makanannya. Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang bersyal putih itu, badai masih akan menghebat. Maha hebat kejadian disana, petir yang tak pernah mereka saksikan sebelumnya mengalir seperti berlomba mencapai bumi. Terlalu hebatnya hingga mereka berempat serentak mundur tanpa diaba-aba. Beberapa tiang tampak terkena petir. Untung tiang pendek yang dipegang hara luput dari petir. Namun hara tampak tertegun sejenak, sambil tanpa sadar membiarkannya tiang itu tertancap disebelah atasnya. Topi itu terus bergerak seolah-olah ingin lepas tertiup angin. Dalam setiap hembusan angin yang mengenai tubuh mereka terasa butiran airpun menyatu didalam bayu.

Suara menggelegar itu akhirnya menjadi suara yang biasa bagi mereka berempat meski jantung mereka berdetak dengan kencang.

 Hara berkata dengan nada bangga,

“liatlah teman-teman hujan petir seperti ini dan tidak ada pendaki yang sampai disini. disinilah titik dimana kita mampu mencapai sekarang. Tidak ada seorang pecinta alam seberani kita” sambil tersenyum simpul.

“Kecuali orang gila”  tambah Rikky dengan menatap serombongan orang bersyal putih yang tampak dari puncak gunung puji.

Prabu, Hara dan Hakim mengerti maksud Rikky, meski tanpa diucapkan mereka bertiga tahu siapa yang dimaksud orang gila. Belum selesai senyum mereka tiang bersama topi hara tiba-tiba tersambar petir. Petir yang lebih menyilaukan mata dari petir-petir sebelumnya. Membuat topi itu akhirnya terbang bebas mengikuti angin lembah yang menuju puncak. Semua menghela napas, kecewa. Meski seharusnya Hara yang paling kecewa. Topi yang paling dibanggakan harus pergi entah akan sampai mana atau mungkin bisa mencapai lebih jauh dari tempat mereka berempat sekarang.

“Untung hanya topi kalau sama orangnya bagaimana” ucap Prabu.

“Ya, dari pada harus sampai kepuncak tapi disambar petir lebih dulu” tambah Rikky sambil turut mengikuti kearah mana topi itu terbang.

“Tenang dirumah masih ada topi yang lain, meski gak sebagus punyamu” hibur Hakim.

Rasanya topi itu masih lama akan bersamaku, tapi sepertinya itu jauh panggang dari api” Celoteh Hara dalam hati.

 Petir terus menyambar, ada apa sebenarnya dengan petir-petir ini pikir Hara, dia hanya bisa menarik nafas lagi ketika topinya terbang dan kembali disambar oleh petir hampir bergantian.

“Apakah topi ini pantas bernasib seperti itu” kata hati Hara.

Kejadian topi yang tersambar petir itu ternyata menarik perhatian beberapa orang bersyal putih yang akhirnya mengetahui kehadiran orang selain mereka digunung itu. Mereka kini datang dengan wajah yang memarah, meski sebenarnya tidak mau menghindar tapi mereka berempat tahu sekarang mereka tidak mungkin berhadapan seperti tadi dengan orang-orang ini, terlebih berharap mbah juru kunci kembali menolong mereka yang ada mereka akan dimarahi habis-habisan oleh sang juru kunci. Karenanya mereka segera mempercepat langkah untuk menuruni lereng gunung puji. Keadaan malam yang benar-benar gelap membuat mereka hanya konsentrasi dengan jalan yang mereka lalui, baru ketika sampai tempat yang ada pencahayaan kecil mereka sadar kalau mereka hanya bertiga. Hakim yang sampai duluan karena memang dia yang bertindak sebagai penunjuk jalan, kemudian Prabu disusul oleh Rikky. Berarti Hara yang tidak ada, kemana anak aneh ini?

Ternyata ketika melihat topinya tersambar petir hara masih mengikuti terus, topi itu tersambar petir beberapa kali hingga akhirnya tidak lagi terbang kepuncak, namun turun kebawah. Mengetahui hal itu nalurinya mengatakan bahwa topi itu masih akan ia dapatkan kembali. Ia mengikuti arah jatuhnya topi tadi. Kesempatan untuk naik juga terbuka ketika hampir semua orang yang bersyal putih perhatiannya teralihkan kearah teman-temannya. Dengan leluasa Hara naik semakin keatas meski tidak menghidupkan lampu senter, namun arah yang ia lihat tadi dari cahaya kilatan petir cukup untuk membawanya pergi kepuncak. Sekali dua kali kilatan petir menyambar menerangi jalannya. Ia juga tidak takut jika terpelosok ke jurang karena sudah beberapa kali ia mendaki puncak gunung ini.

Petir kembali menyambar menerangi sebagian kecil wilayah gunung puji. Ini yang ditunggu Hara kilatan cahaya putih membuat ia mengingat bahwa ditopinya ada coin kecil yang ia selipkan dan karena terkena petir menjadikan koin itu menguluarkan kilatan seperti tadi. Ia kembali melangkah.

Seperti kata pepatah sepandai-pandai tupai meloncat pasti kan jatuh juga. Keberadaan Hara telah diketahui oleh beberapa orang bersyal putih yang berjaga disekitar tempat itu. Mereka lalu mendatangi tempat Hara. Hara bergegas menuju dimana menurut ia topinya berada, insting kembali membimbingnya. Orang-orang bersyal putih datang dengan membawa tiang lebih pendek  dan beberapa lainnya juga datang dari arah yang berbeda. Hal ini membuat Hara tidak nyaman. Mungkinkah aku akan dipukuli bahkan dibakar atau dilemparkan dari atas gunung hanya karena mendaki gunung ini diwaktu yang salah, Pikirnya. Hal itu membuat Hara ingat teman-temannya dan ingin segera kembali ketempat mereka memasang kemah disekitar pelataran gunung puji.

Hara bergerak tanpa sadar hingga kakinya menabrak sesuatu yang keras, ia merasa sangat kesakitan dan terasa lebih sakit lagi jika digerakkan. Ia terjatuh ditanah namun tidak lama berselang petir kembali menyambar. Ternyata topi kesayangannya ada tidak jauh di sampingnya. Di sana juga tampak orang-orang bersyal putih semakin mendekatinya. Ia merangkak sekuat tenaga mengambil topi tersebut.

“Aku tak mungkin mati hanya karena ini, ditempat ini atau saat ini sementara teman-temanku sedang berasik-asik di tenda” pikirnya bersamaan dengan itu jari-jarinya berhasil meraih topi itu. Setelah itu ia merasa ada yang memukul kepalanya dan ia tak sadarkan diri.

Hara terbangun didalam tendanya, tertidur bersama Hakim dan Rikky. Sementara Prabu tampaknya sedang bercengkrama lewat telepon dengan calon istrinya di dekat perapian yang apinya tinggal sedikit. Di cobanya mengingat apa yang terjadi namun ia hanya mengingat kejadian saat ia mengejar topinya. Yang Hara bingung bagaimana bisa ada ditempat tidur, padahal ia tidak ingat berjalan ke tempat ini. Tapi ia bersyukur karena paling tidak semuanya bukanlah mimpi, topinya telah ada ditangannya dengan posisi agak miring. Ia tersenyum.

Hara merasa kelelahan ketika saat itu jam masih menunjukkan pukul 3.30 pagi, udara dingin berhembus, mengisi malam-malam digunung puji. Meski petir berangsur mereda. Rikky tampak kurang tenang tidurnya, akhirnya Rikky bangun ternyata ia hendak membuang air kecil. Dilihatnya Hakim ternyata ia juga sudah bangun. Senyum Hara dibalas oleh Hakim, Bagaimana kalau Hakim homo pikir Hara tiba-tiba. Memang demikian manusia yang begitu terbatas ketika mereka menerima kebaikan pun sering merasa ketakutan.

“Hara.” Panggil Hakim, sambil dengan wajah yang sama seperti tadi.

“Kenapa.” Sahut Hara dengan nada agak malas.

“Tadi aku melihat cewek cantik banget” Lanjut Hakim.

Hara sekarang lebih bersamangat, Untung itu hanya pikiranku, Hakim normal pikir Hara.

“Kapan, kita gak ketemu cewek sama sekali?” Sambut Hara.

“Tadi Sore Waktu aku sama kamu buang air kecil, pas ada mbah Ritro lo.”

“Ehm, Sayang aku gak liat, kamu kok gak beri tahu sih!” protes Hara.

“Cuma sebentar banget Hara, mana sempat” Hakim membela diri.

“Ya tapi buat kamu masih cantikan Desi dulu kan?” tanya Hara.

“Gak kok, yang ini cantik banget, aku pikir sepertinya bukan manusia deh.”

“Hahaha, masa hantu, bukanlah. malam aja kita gak ketemu masak sore dah keluar. Halu nih” balas Hara.

Percakapan berhenti ketika Rikky datang. Meski percakapan tadi sebentar saja tapi aneh pikir Hara, biasanya sikap Hakim mengenai apapun termasuk tentang hantu tetap santai.

“Ah biarlah waktu yang akan menjelaskannya” pikir Hara

(Hara seharusnya lebih awal menyadari keanehan ini, waktu itu kaki hara sakit tersandung batu, namun kenapa setelah sampai tenda, kakinya tidak apa-apa, namun dia terlalu memusingkan bagaimana cara ia bisa kembali ketendanya. Nantinya ketika Hara bertanya kepada teman-temannya tentang hal itu mereka menjawab kamu kan sudah sampai duluan

dimana dari sana dilihat sepasang mata lain sedang terpejam, sosok yang membuat ia tidak bisa memalingkan wajahnya. Sekujur tubuh gadis ini tampak hitam, rambutnya berantakan, padahal saat itu tidak ada hujan maupun petir. Ia tampak kesakitan hingga tidak sadarkan diri. Salah satu lengannya terluka, dan mengeluarkan darah segar. Jantung berdetak semakin kencang sehingga ia lewati jalan itu lebih cepat

Siang itu kami berharap semua anggota syal putih telah pergi karena kabarnya bagai petir telah usai meski mbah Ritro belum membenarkan hal itu namun mulai sekitar jam 12.00 banyak rombongan memakai kuda dan membawa umbul-umbul meninggalkan gunung puji, lebih seperti sebuah karnaval. Sementara penduduk berkumpul mulai dari anak kecil sampai orang tua. Di beberapa tempat mereka membagikan uang untuk masyarakat yang tampak membutuhkan.

Ternyata kelompok itu dipimpin oleh seorang yang tidak terlalu tua kira-kira berusia 40 tahun, dikenal dengan sebutan mbah Gledek, nama itu bukan isapan jempol belaka karena menurut kabar angin setiap mbah Gledek marah akan terdengar suara guruh yang menyertai kemarahannya. Dia seorang pemimpin yang sangat merakyat dengan anggota Sullintar bahkan semua anggota Sullintar tidak ada yang berani berbicara sebelum mbah gledek mempersilahkannya.

Gempar daerah gunung puji karena berita masih ada beberapa orang bersyal putih yang akan menetap lagi disini. Bukan hanya karena organisasi mereka yang tidak lazim dizaman sekarang, namun beritanya ada seorang perempuan yang sangat cantik yang masih akan tinggal. Kegemparan pun bertambah ketika mbak Ritro yang ditanya perihal ini membenarkan. Termasuk perihal gadis cantik itu. Tentu bukan sekedar cantik yang main-main karena  setelah kematian istrinya mbah Ritro tidak pernah mengatakan ada seorang yang lebih cantik dari istrinya, bahkan pernah suatu ketika ada seorang investor music yang ingin mengadakan konser dipelataran gunung puji yang kebetulan termasuk dipelataran rumah mbah Ritro, namun karena konser ini berisi hal-hal yang fulgar dan tidak cocok bagi anak-anak disekitar gunung puji mbah Ritro menolaknya. Sampai investor itu mengirimkan beberapa artis andalannya untuk menunjukkan bahwa konser itu tidak seperti yang dipikir mbah Ritro. Iring-iringan mobil datang dengan diikuti anak-anak dan banyak motor karena memang yang datang artis-artis domestik yang cantik dengan jendela mobilnya dibuka, kadang sambil melambai tangan. Bahkan parfumnya saja membuat jalanan yang panas langsung terasa sejuk. Namun belum lama mereka datang Mbak Ritro meninggalkan mereka sambil tetap mengatakan konser tidak boleh dilakukan.

Waktu diprotes dan ditanya kenapa meski dengan iktikat baik para artisnya yang sudah datang kerumah mbah Ritro, konser tetap dilarang diadakan. Dengan sambil bercanda dijawab.

“Artis-artis itu kalah cantik sih, masih lebih cantik istriku” jawaban simple namun menunjukkan martabat dan tingkatan tinggi yang dimiliki beliau dan keluarganya.

“Kalau hanya kedatangngan mereka membuat geng motor pada meraung-raung di gunung puji apa lagi kalau ada konser bukan hanya tawuran kecil mungkin bakal ada bacok-bacokan” jawab mbah Ritro, sebelum ditanya lebih jauh.

Ditempat lain dengan beberapa tenda pecinta alam berdiri, Kabar ini terdengar pada Hara dan Hakim. Yang membuat mereka berdua saling bertatapan.

“inilah jawaban yang paling logis Kim” Kata Hara.

“Ada apa sih?” Tanya Rikky penasaran, Prabu pun melihat kearah Hakim dan Hara.

Hakim pun menceritakan mengenai kejadian waktu di batu besar. Ketika ia merasa melihat gadis yang sangat cantik yang dikiranya hantu. Mungkin saja hantu yang dimaksud adalah gadis yang sedang dibicarakan itu. Akhirnya masing-masing dari kemi mengarah ke prediksi yang berbeda. Apalagi ketika Prabu bertanya persis seperti yang ditanyakan Hara waktu itu,

“Paling masih cantikan Desi dulu?”

Dengan bangga Hakim menjawab masih seperti dulu “Jauh, masih cantikan gadis itu!”, barangkali hakim merasa paling beruntung diantara teman-temannya menjadi yang pertama melihat gadis cantik itu.

Matahari bersinar tanpa rasa sungkan terhadap bumi menembus setiap halimun yang selama beberapa hari menyelimuti gunung puji. Setiap manusia sering kali tidak mensyukuri apa yang dirasakannya saat ini, jika halimun terlalu tebal maka mereka mengeluhkan pandangan mereka yang terbatas sedang ketika cahaya mentari bersinar tegas mereka mengeluhkan udara yang panas. Tidak salah jika dikatakan dalam Al-Quran manusia diciptakan dengan memiliki sifat keluh kesah kecuali bagi mereka yang khusyuk sholatnya dan sabar.

Kepala Hara agak pusing memaksa dia meninggalkan teman-temannya ditenda. Sekedar untuk membasuh muka atau buang air kecil. Dia masih belum menceritakan kegundahan hatinya pada siapapun, teman-temannya yang melihat sedikit perubahan pada sahabatnya pun belum menemukan kesempatan bertanya lebih dalam dan memilih untuk menyimpulkan bahwa Hara memerlukan istirahat. Hara kembali ketendanya namun teman-temannya sudah tidak ada. Namun di handphonenya telah masuk  sebuah pesan baru dari Prabu.

“Selamat Istirahat ya, kita berburu Hantu dulu.” membuat Hara tersenyum kecil.

Mungkin ada benarnya dia harus lebih banyak beristirahat, sejak kejadian pagi itu badannya tiba-tiba terasa sangat kelelahan. Dia memegang dan memperhatikan topi nya, Rasanya ada yang berbeda dari topi ini. Tapi apa?, Ah  mungkin perasaan  ku saja, topi yang sudah hilang kini ada ditangannya lagi. Apakah kejadian kemarin yang beberapa kali tersambar petir dalam suasana yang menyeramkan menjadi penyebabnya. Ia pasti itu yang menyebabkan perasaan berbeda, rasanya tidak sama dengan topi yang dia dulu punya, namun itu hanya perbedaan perasaan. Terang Hara pada dirinya sendiri. Iya jawaban yang sangat logis yang bisa Hara temukan saat ini.

Hara terkejut ketika dari topi ini tiba-tiba seperti ada yang menyengatnya sampai seperti mengalir kekepalanya, lebih terkejut lagi ketika dia tiba-tiba merasakan melesat sangat cepat dan sebentar saja sudah berada ditempat yang anginnya deras,udara disana terasa dingin.

Apa yang terjadi?, kepalanya agak pusing, tapi dia masih sadarkan diri. Samar-samar ia ingat tempat ini tidak lama ia kunjungi. Tapi matanya kini hanya memandang kesatu jurusan tempat dimana ada seorang gadis cantik juga sedang memandangnya.

Apakah ini seperti cerita di dunia fantasi yang tokoh utamanya dipanggil dari dunia lain oleh seorang putri atau penyihir yang cantik?

Cahaya yang liar menyapu kepalanya dan kali ini sedikit menghentak kesadaran Hara. Hara tersadar dari pengembaraan pikirannya. Semua semakin jelas ini bukanlah sebuah mimpi.

(Bagaimana dengan ketiga teman hara, berhasilkan mereka mencapai tujuan mereka untuk melihat hantu yang sebenarnya adalah seorang gadis yang sangat cantik yang tadi dibantu Hara? Seorang gadis cantik dan nama yang cantik)

 

Bagian Keempat

Siang itu langit begitu cerah, tinggal beberapa anggota Sullintar yang ada di puncak gunung, namun yang paling menarik perhatian adalah seorang berjubah putih yang memegang sebuah tiang dengan sebuah syal putih yang diikatkan kesepanjang tiang. Dia seperti memainkan sebuah gerakan aneh namun cukup indah. Menurut kabar dialah perempuan yang dikatakan mbah Ritro sebagai seorang gadis yang cantik. Kalau benar-benar yang didalam jubah itu seorang gadis tentu sudah sangat menakjubkan. Disiang yang terik dipuncak gunung dengan kandungan oksigen yang terbatas dia bisa bergerak dengan cantik dan dalam waktu yang lama.

Dari tempat yang lebih redah Prabu, Rikky dan Hakim juga menyaksikan pertunjukkan itu. Mereka bertiga memilih berhenti disebuah batu yang agak tinggi, Hakim duduk dengan melipatkan kaki. Rikky sambil memeluk dadanya dan sebuah slayer juga tampak melilit di lehernya, sementara Prabu sambil menyimpan tangannya dalam jaketnya. Tidak jauh dari mereka malah ada beberapa orang yang memanjat pohon. Mereka tentu juga penasaran dengan desas-desut itu.

Gerakan yang awalnya indah, semakin lama menjadi cepat seolah mengajak langit untuk turun kebumi dan turut menari. Inikah yang disebut tari hujan semakin dipandang semakin tampak berani dan terasa agak sombong. Meski masih tetap asik untuk dinikmati. Mereka menunggu detik-detik mungkin jubah itu terbuka karena tiupaan angin yang kencang dan mereka bisa melihat dengan mata mereka sendiri kebenaran rumor tentang gadis cantik itu.

Beberapa orang tampak mulai mendaki gunung puji ketika selesat petir menyambar ke puncak, aneh memang, dari mana datangnya petir itu. Dan sinarnyapun tidak terlalu jelas karena menyatu dengan cahaya mentari. Kini tarian itu sudah tak nampak lagi, mungkin ini jawaban langit untuk orang yang mengolok-oloknya. Sementara sebuah syal putih tampak terbang jatuh terbawa angin menghiasi awan semakin menggelap. Suasana terasa lebih sunyi dan tenang. Udara menjadi lebih dingin dan hujanpun kembali mengguyur gunung puji. Beberapa jam kemudian terdengar kabar bahwa beberapa orang sullintar itu tidak ditemukan lagi. Juga ada kabar bahwa seorang warga menemukan sebuah syal putih namun sepertinya bukan syal yang seorang wanita seperti yang digembar-gemborkan karena aroma syal itu sangat tidak enak. Berbagai spekulasi tentang syal itu tersebar. Yang paling banyak dikatakan warga bahwa itu memang syal dari orang-orang sullintar yang tadi ada dipuncak namun karena tersambar petir menjadikan aromanya tidak sedap. Demikianlah kabar berkembang.

Prabu, Rikky dan Hakim kembali ke kemah mereka dengan sedikit kecewa namun paling tidak mereka sempat melihat bahwa yang berada dalam jubbah itu memang seorang wanita dan sangat mengesankan dengan melihat apa yang dilakukan diatas sana tadi. Mereka berlari kecil Diantara hujan yang tidak terlalu deras. Sampailah di tenda. Menemukan Hara sedang tergeletak dengan siku kaki dan tangannya tampak kotor dan lengan celananya yang lecet.

“Jangan-jangan Hara tadi yang naik pohon, tuh buktinya bekas jatuh” Celetuk Rikky.

“Setelah sampai rumah biar nanti kucarikan obat, barangkali saja ada bakteri yang berbahaya” Tambah Hakim.

Hara terbangun sambil berkata “Ah gak usah, ini sih luka kecil”.

“Jangan-jangan dia terjatuh katika berhasil melihat gadis dalam jubbah itu, mangkanya lukanya gak lekas-lekas diobatin, untuk kenang-kenangan” terang Prabu.

“Hahaha” mereka semua tertawa kecil, dengan pikiran masing-masing. Hara pun tertawa karena mungkin mereka  berpikir itu hanya bercandaan, tapi Hara tahu dia benar-benar bertemu dengan perempuan itu hanya saja dia tidak secantik atau menarik seperti kabar yang ada. Paling tidak seperti itulah kata hatinya.

(Hilangnya orang-orang Sullintar yang tiba-tiba dan keanehan lain dengan topi dan gadis cantik itu , apakah ini pertanda bahwa hal yang luar biasa telah terjadi dan akan membawa kejadian-kejaidan yang luar biasa lainnya)

 

 

Bagian Kelima

Dulu ada sebuah buku yang konon didalamnya dituliskan sebuah ramalan yang  hampir keseluruhannya isinya tidak pernah meleset. Ditulis oleh seorang yang nama besarnya hingga kini masih tetap diingat, bernama Jayalintang. Yang tidak lain adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama dari perkumpulan Sullintar. Konon ia bisa melintasi waktu dengan kekuatan petir yang ia dapatkan, kemudian dari masa depan ia membuat sebuah catatan yang selanjutnya disebut Kitab Jayalintang.

Cerita ini hanya diketahui oleh anggota sullintar sementara orang-orang umum hanya mengetahui bahwa kekuatan petir hanya bisa digunakan untuk berpindah tempat dalam sekejab. Bahkan banyak orang yang pernah mendengar tentang kitab Jayalintang serta keakuratannya namun tidak mengetahui hubungan nya dengan perkumpulan Sullintar.

Dengan adanya kitab ini tidak diragukan lagi kekayaan yang dimiliki Sullintar terus berdatangan, betapa berharganya jika seseorang bisa mengetahui informasi akurat dari masa depan. Karena pentingnya kitab itu maka hanya satu orang yang dipercaya memegangnya yaitu ketua dari Sullintar namun tiga generasi ini kitab tersebut diamanahkan untuk dijaga oleh para sesepuh sullintar, meskipun tetap hal untuk membukanya tetap pada ketua perguruan yang saat ini diemban oleh Mbah Gledek.

Setelah kejadian badai petir digunung puji berakhir maka keadaan disana  berangsur kembali normal, Beberapa pecinta alam datang dan yang lain pergi. Yang meninggalkan gunung itu termasuk keempat orang pecinta alam yang sempat bersitegang dengan orang-orang sulintar ini. Pagi setelah mereka akhirnya berhasil mendaki puncak gunung puji mereka segera meninggalkan gunung puji tidak lupa mengucapkan terimakasih atas jamuan dan bimbingan yang diberikan oleh mbah Ritro serta berjanji akan datang dilain waktu. Mbah Ritro melepas mereka dengan nasehat-nasehat seperti biasanya, Benar-benar rasanya seperti biasa.

Hanya hara yang terlihat agak berbeda, mungkin karena topinya tidak lagi ia pakai.

“Mbah” Tanya hara tiba-tiba.

“Untuk apa didunia yang serba logis ini, ada orang-orang aneh, kekuatan, bahkan kejadian aneh yang diluar kelogisan?”

Semua diam, sampai mbah Ritro menjelaskan “Agar manusia sadar, Dia dan dunia ini bukan segala-galanya yang dapat dijadikan tujuan. Ada Dzat yang Maha sempurna yang memiliki kendali lebih besar dari apa yang mampu manusia bayangkan. Maka tugas kita adalah mengimaninya(percaya) dan bertaqwa”

“Terimakasih mbah atas nasehatnya” Kata mereka hampir serentak.

Kemudian merekapun pamit dari kediaman mbah Ritro.

Keempat orang itu akhirnya berlalu, berjalan kaki menuju rumah persinggahan, yaitu rumah Hakim. Kalau tidak ada hambatan sebelum terik mungkin mereka bisa sampai disana. Mereka berjalan dengan berpasang-pasangan. Didepan Prabu dengan Rikky dan dibelakang Hakim Bersama Hara. Sementara Hara diam, Hakim dengan semangat bercerita tentang apapun yang dilihatnya, bahkan ketika Hakim mendengar nyanyian dangdut yang kebetulan merupakan kesenangannya, dia langsung menceritakan perihal penyanyi itu. Perjalanan yang dibuat dengan banyak bercanda itu akhirnya terasa melelahkan juga. Ketika mulai lelah biasanya mereka akan berhenti di rumah penduduk yang menjual cilot atau es. Namun kebetulan kali ini tidak ada rumah. Yang ada hanya pohon yang lumayan rimbun dan disanalah akhirnya mereka beristirahat.

Mereka berempat asyik menikmati kenangan perjalanan mereka, udara segarpun masih dapat mereka rasakan. Tiba-tiba dari arah depan ada segerombolan berkuda yang merampas tas mereka dengan memakai pengait seperti arit namun tidak tajam, mereka seperti penjambret dan kemudian membawa tas mereka. Kejadian berlangung sangat cepat. Prabu hanya sempat melempar botol minuman yang ia pegang kearah pencuri itu yang hanya mengenai kudanya. Rikky terjatuh kena dorong penunggang kuda yang lain, hakim hanya terkejut, karena waktu itu dia ingin buang air kecil. Untung dia tidak sampai ngompol. Sementara hara juga tidak bisa mempertahankan tasnya ketika seseorang mengait tasnya, tali tas itu sobek dan terbawa para pencuri itu.

Sejenak mereka syok hanya terdiam sambil duduk, sampai hakim kembali kesana, tampaknya ia sudah buang air kecil dan datang dengan beberapa warga. Akhirnya mereka diberi minum teh hangat dari rumah warga dan kemudian diantar pulang sampai rumah Hakim. Pada para pengantarnya hakim tidak lupa mempersilahkan untuk pinarak(mampir ke rumah) dan mengucapan terimakasih.

Apakah yang ada ditas itu berharga? Sebenarnya tidak, laptop yang dibawa Rikky kebetulan diletakkan di rumah Hakim, termasuk tablet Prabu, jadi yang mereka bawa hanya pakaian hangat dan bekal, tentu bekalnya telah habis. Jadi barang-barang yang ditas itu tidak terlalu berharga. Malah Hara yang paling sial karena hp kentang yang sering ia banggakan karena bisa menerima sinyal digunung masih didalam tas.  Namun yang membuat mereka terpukul adalah karena kejadian yang menimpa mereka tak pernah mereka duga sama sekali. Bagaimana dia hanya bisa diam saja ketika ketidak adilan menimpa mereka. Padahal mereka seorang laki-laki. Yang harusnya menghilangkan ketidak adilan. Begitulah akhirnya mereka hanya bisa bercanda. Dan pas sekali waktu itu orang tua hakim memasakkan daging sapi yang dibuat rendang dan bumbu merah yang enak. Selain itu mereka juga meminum susu sapi.

Udara gunung yang dingin membuat mereka tidur tidak terlalu malam, mungkin juga karena mereka kecapekan.

Malam itu jendela tertutup rapat, namun paginya Hara merasakan sesuatu yang aneh, oh ternyata topinya sudah ada didekatnya. Dia tadi malam tidur dengan pulas, ketika ditanya teman-temannya ternyata mereka pun tidur dengan sangat nyenyak. Sehingga tidak merasakan yang aneh pada malam itu, apakah ada orang yang masuk.

Bukannya senang ia malah menarik nafas panjang, ini membuat heran teman-temannya. Rikky  hanya menyimpulkan, mungkin Hara berharap bukan hanya topinya namun hp kentang juga tiba-tiba datang.

Anehnya mereka bertiga tidak terlalu mempermasalahkan bagaimana tiba-tiba topi itu ada disini karena hara memang seorang pelupa.

Dia malah bercanda dengan mangatakan bahwa karena topi itu terlalu tidak berharga maka pencuri saja tidak akan mau. Hara dan teman-temannyapun tersenyum. Prabu sendiri senang karena dapat membuat teman-temannya tersenyum bersama lagi.

Mungkin hanya tuhan yang tahu betapa galaunya hati hara, dia awalnya lega karena topi dan kekuatan aneh yang ada didalamnya itu sudah tidak ada pada dirinya. Hara merasa bersyukur meski harus kehilangan hp kentang yang memang ingin ia ganti. Tapi bagaimana bisa topi itu tiba-tiba ada lagi didekatnya.

(mungkinkah malam itu ada seorang gadis yang datang dengan mengendap, gerakannya sangat ringan dan mengembalikan topi hara didekatnya, gadis yang waktu itu hara tolong menutup lukanya, hanya tuhan yang tahu, karena jendela dikamar hakim tidak pernah terkunci)

 

Bagian Kelima

Kembalinya topi itu kepada hara, membuat dia berpikir bahwa topi itu memang ditakdirkan bersamanya. Seperti kata mbah Ritro, kita harus percaya, dan Hara percaya bahwa dengan topi ini berada ditangannya dia ditakdirkan melakukan suatu besar. Siang itu Hara sudah ada dirumahnya dengan membawa hp yang baru. Jauh lebih canggih, karena dia harus merogoh hampir semua tabungannya. Sementara meski kena teguran dari ayahnya karena kehilangan tas dan beberapa pakain hangatnnya tapi ternyata orang tua Hara membelikan dia tas dan pakaian baru yang lebih style, kejadian itu hampir membuat Hara melupakan tentang topinya. Liburan masih tinggal seminggu lagi. Dia mulai menata kembali rencananya tentu dengan budget yang seminim mungkin.

Sepertinya dia harus banyak dirumah sambil membantu pekerjaan orang tuanya. Namun setelah kembalinya topi itu kepadanya itu hanya akan menjadi keinginan saja. Cepat atau lambat keanehan besar pada topi itu kehidupannya akan memikul tanggung jawab yang sebenarnya ia sendiri tidak paham apa yang harus ia lakukan.

Seorang laki-laki apa yang dilakukan ketika liburan dirumah dan uang tabungannya telah habis tentu kembali bekerja. Kebetulan dia mengajar disebuah bimbingan belajar. Dan karena kuliahnya libur dia tambah jam mengajarnya dengan menambah kesibukan tentu pikiran dan tindakan lebih terfilter dari yang kurang bermangfaat. Apalagi dia memang membutuhkan tambahan uang untuk kembali manabung uang dana incidental. Biasanya Hara selalu bisa menyisihkan uang 1,5 juta untuk keperluan yang tidak terduga. 1,5 juta itu sama besar biaya hidupnya selama 3 bulan tanpa membeli barang-barang lainnya di kota tempatnya kuliah.

Dia berangkat pagi dan sampai dirumah ketika langit mulai memerah. Tiga hari berlalu dan akhirnya hari-hari tenangnya berakhir ketika tiga orang berpakaian seperti orang-orang kota namun dia mengenal siapa gerangan mereka. Biasanya mereka memakai syal putih, namun kini syal yang mereka pakai tidak tampak menonjol. Anehnya ketiga orang ini tampaknya sedang dihajar seseorang.

Cerita ini berawal ketika ia dengar tidak jauh dari nya suara orang yang seperti sedang bertarung, seorang gadis yang putih kulitnya dah hitam menguntai rambutnya. Melihat hal itu Hara langsung siap membantu gadis itu, karena yang dilawan gadis itu adalah laki-laki. Juga kerena dia merasa tidak senang dengan para lelaki itu. Namun belum sampai Hara membantu dia terkejut karena malah dengan gesit si gadis itu melawan, dia memukul orang pertama kemudian menghindari serangan dari orang kedua lalu memiting tangan orang kedua dan bersamaan itu menyerang orang ketiga.  Gerakannya gesit dan indah, namun ketiga orang itu juga tidak kalah cekatan. Ketika salah satu dari mereka menendang, gadis itu menghindar dan menjatuhkan orang itu, kemudian menginjaknya. Orang yang lain berusaha menjatuhkan gadis itu namun sebaliknya ia akhirnya juga berhasil dijatuhkan dan mendapat tendangan yang keras sampai tidak bisa bangun. Orang ketiga memukul dengan keras  kearah wanita itu namun ternyata tangannya berhasil dipegang dan akhirnya orang yang ketiga pun dijatuhkan.

Melihat hal itu Hara menjadi mengurungkan niatnya karena harusnya para lelaki itu yang seharusnya ditolong, mereka belum ada yang berdiri ketika gadis itu akhirnya lari sambil menarik tangan hara. Hara melepaskan pegangan gadis itu sehingga gadis itu tampak sedikit terkejut, Hara jelas tidak akan mau seorang gadis yang baru berjumpa berani memegang tangan seorang lelaki yang baru dikenalnya, secantik dan seberani apapun seorang gadis. Namun Hara dan gadis itu dalam arah yang sama dengan kenama gadis itu pergi. Gadis itu tampak senang karena Hara mengikutinya.

Hara menjadi heran, Ternyata gadis itu mengarah ke rumahnya, gadis itu masuk begitu saja kerumah Hara. Dilihat dirumahnya saat itu sepi. Tampaknya ibunya sedang ada kegiatan ibu-ibu dan ayahnya sedang keluar kerumah temannya. Lagi-lagi gadis itu bertindak aneh. Apakah boleh masuk rumah orang tanpa izin. Hara berusaha keras mengingat kembali teman-teman yang dikenalnya ketika kecil, ketika ia dirumah eyang atau tempat kelahiran ayahnya diluar Jawa. Mungkin gadis itu adalah salah satu dari mereka. Namun Hara hanya bisa mengeluh karena dia tidak bisa mengingat siapa gadis itu dan perbuatan gadis ini juga sudah diluar batas.

 Keadaan rumah yang sepi ini menjadikan Hara agak lega namun kawatir, apalagi ketika gadis ini tahu dengan baik kemana ia akan pergi. Ia pergi ke kamar Hara, tanpa disadarinya Hara telah berada dikamarnya, Hara mencoba menghentikannya namun tak sempat. Ternyata sore itu pembantu Hara sedang ada dirumah, ketika melihat ada seorang gadis cantik di depan Hara masuk kedalam kamarnya tentu akan timbul pikiran yang macam-macam. Maka hara menjelaskan bahwa gadis ini adalah saudara sepupunya, yang dulu sering kerumah ini. Pembantunya percaya karena memang sekilas dia melihat wajah gadis itu yang selain cantik juga dapat meninggalkan kesan positif kecuali bagi Hara yang telah melihat bagaimana gadis itu menghajar tiga orang lelaki sampai tidak mampu bangun lagi.

Pintu kamar tertutup ketika Hara hendak masuk dan dia tahu gadis itu telah didalam, membuat hatinya bergetar ketika masuk kekamarnya tadi. Namun hal itu langsung ditepisnya, bagaimana mungkin dia tidak berani masuk kekamarnya sendiri. Dengan mengepalkan tangan sekali saja, semangatnya telah temkumpul. Betapa terkejutnya Hara dia masuk, ternyata kamarnya menjadi berantakan, meski  marah namun dengan melembutkan intonasinya karena dia berbicara pada seorang gadis maka dia menanyakan apa yang gadis itu lakukan. Hara tidak bisa menahan amarahnya ketika gadis itu tidak memperdulikannya.

Dua buah mobil berhenti tepat didepan rumah Hara, beberapa orang keluar dari salah satu mobil, salah satu mereka adalah orang yang dulu pernah bertemu Hara di batu besar. Tentulah mereka orang sullintar. Orang-orang itu datang ke ruang tamu ketika sebagian yang lain tampak memutari rumah Hara.

Orang yang pernah Hara temui itu mengaku namanya Widi dan bertanya perihal pemuda yang barusan masuk rumah itu yang bernama Hara, pembantu yang menyambutnya membenarkan bahwa itu adalah rumah Hara. Widi juga menanykan apakah Hara bersama gadis yang cantik dan berambut hitam.

Dengan polos si pembantu membenarkan. Selanjutnya widi bertanya kembali kepada pembantu dirumah hara

“Hara sekarang ada didalam mbk?”

“Iya benar den” jawab pembantu itu, setelah jawaban itu membuat ia tiba-tiba saja merasa berat kepalanya dan sesorang meletakannya di kursi.

Beberapa saat sebelum mobil itu datang gadis yang belum ia tahu namanya itu akhirnya memandang pada Hara dengan senyum yang manis, namun saat itu Hara tengah diliputi emosi sehingga tidak terlalu menyadarinya, yang ia tahu gadis itu baru saja membuat kamarnya berantakan yang ternyata hanya untuk menemukan topi Hara, gadis yang tiba-tiba memagang tangannya, masuk kerumah bahkan kamarnya. Kenapa ia tidak minta baik-baik tentu Hara pun akan memberikannya.

Turunkan topi itu, siapa yang menyuruhmu masuk ke kamarku? Kembalikan topiku pinta Hara.

“Baik tapi kau harus membawaku pergi” kata gadis itu. “Mereka mau menangkap kita dan  mungkin sudah tahu tentang topi ini” tambah gadis itu.

Menangkap kamu mungkin, tapi bukan aku, pikir Hara. Bukankah tadi gadis itu yang memukul bahkan menendang para lelaki yang dia ketahui sebagai orang-orang sullintar. Meski sangat cantik dia bukan gadis yang baik, Pikir Hara. Maka dengan menyerahkan gadis ini tentu dia akan mendapatkan dua keuntungan yaitu terbebas dari gadis ini dan juga melepas tangan dari urusan orang-orang sullintar.

“Aku yakin kau akan menolongku, karena dulupun kau pernah melakukan itu” tampaknya gadis ini bisa menebak pikiran hara. Dan mencoba meyakinkan hara. Namun Hara tetap berlalu dan menuju ruang depan. Gadis itu memukulnya dari belakang tidak terlalu keras kemudian mengeluarkan sebuah batang yang baunya sangat tidak enak. Yang mengingatkan Hara tentang tempat dimana ia menemukan seorang gadis yang sekujur tubuhnya menghitam. Bau menyengat itu ternyata juga membuat Hara lupa akan kemarahannya.

Saat itu terdengar beberapa orang sedang menuju kearah mereka yang membuat hara curiga, kenapa pembantunya tidak bereaksi apapun untuk menghentikan mereka. Pasti terjadi sesuatu pada pembantunya. Tiba-tiba dari arah belakang sebuah tangan meletakkan topi kearah kepalanya dan kali ini bukan hanya kepalanya namun tangannya juga terasa kersengat dan sakit. klapppp

Dia masih sadarkan diri dengan kesadaran yang semakin baik dari perjalanan sebelumnya. Ternyata kali ini dia sampai ditempat dimana dulu dia meninggalkan seorang gadis yang terluka sendirian. Masih ada pertanyaan yang sama. Kenapa bisa sampai sini, tampaknya tanpa sadar kata-kata itu terucap di bibir hara.

Gadis itu tersenyum.

Sementara orang-orang sullintar dirumah Hara tidak berhasil menemukan pemuda itu karena Hara telah berpindah dari sana. Hanya seorang diantara mereka yang menyadari kepindahan Hara. Dia tentu seorang yang paling cakap dari sullintar yang tidak lain adalah Widi. Sebenarnya semua orang bisa mengetahuinya namun sering kali mereka tidak menyadari. Ketika Hara berpindah tempat sebenarnya timbul kerlapan kecil, saat itu sore matahari bersinar kedalam rumah sehingga anggota sullintar meski juga merasakan adanya cahaya yang aneh berkelip namun tidak menyadari bahwa cahaya itulah yang menjadi pertanda Hara baru saja berpindah tempat

Ketika Hara berpindah tempat apa yang menyebabkan bukan hanya kepalanya namun juga  tangan hara yang terasa sakit. Hal itu karena ada seseorang yang memegang tangan Hara dan ikut berpindah bersamanya. Hal itulah yang akhirnya disadari oleh Hara.

(konon untuk seseorang yang ingin ikut menggunakan perpindahan harus bisa menyesuaikan detak jantung dan napas dengan pemakai perpindahan, karena bisa saja seorang yg ikut itu mati karena tidak bisa bernapas. Apakah benar gadis itu bisa melakukannya? Atau cerita itu yang tidak benar)

Udara saat itu tidak sedingin ketika Hara datang sebelumnya, dan saat itu keadaan gunung agak merah keemasan, matahari yang akan tenggelam memancarkan cahaya indah yang menghiasai seluruh bagian gunung, bukan sesuatu yang baru Hara lihat namun tetap menjadi bagian yang paling indah. Disampingnya pun tak kalah indah sebenarnya, makluk ciptaan Tuhan yang berbeda dan kini tampak sedang mekar.

Penat dikepala terasa sirna, gadis itu menjawab bahwa kekuatan di dalam topi ini merupakan hal yang pernah terjadi pada seorang manusia lain yang menjadi pendiri sullintar, konon orang yang bisa dengan mudah berpindah tempat dengan menggunakan petir akan menjadi seorang yang hebat.

Seseorang yang bisa berpindah bersama petir akan dijadikan pemimpin Sullintar. Namun anehnya pemimpin sullintar yang sekarangpun dapat menggunakan petir. Maka untuk menjaga keseimbangan gadis yang bernama Aranisa akan mempertemukan Hara dengan pemimpin Sullintar saat ini dan memutuskan keputusan selanjutnya.


Bagian Keenam

Perjalanan mereka akhirnya menuju kesebuah gunung yang dikenal dengan Gunung Semeru, sebuah gunung berawan dimana sullintar berdiri, ketika gunung Krakatau meletus daerah gunung Semeru sama sekali menjadi daerah yang tidak terkena dampaknya, apakah ini kebetulan, ketika terjadi tsunami di aceh daerah inipun tidak terkena. Bisa dikatakan ini adalah tempat yang memiliki formasinya sendiri di negeri ini dan juga dikenal sebagai paku bumi dipulau Jawa selain gunung Tidar. Gunung Semeru adalah gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah gunung Kerinci di Sumatra dan gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.

Ternyata perjalanan untuk menemui ki samber gledek tidak mudah, ada sekelompok sullintar yang selalu mencoba menggagalkan perjalanan mereka. Namun ternyata kerjasama antara kedua pemuda dan pemudi ini berhasil menghalau segala rintangan. Petir menyambar memekakkan telinga sebelum akhirnya Mbah Samber Gledek datang dan memuji Aranisa karena berhasil mengantarkan tamu penting sampai ditempat itu, bersamaan dengan hal itu keluar pulalah para sesepuh sullintar dan disusul anak buahnya, seperti penyambutan tamu penting atau lebih tepatnya sebuah pengadilan untuk membuka rahasia mengejutkan dari buku peninggalan Ki Jayalintang. Lembar demi lembar dibuka hingga sampailah pada aturan yang mengatakan sebuah ketentuan yang tidak bisa ditolak bahwa pemilik kekuatan apabila pemimpin sullintar masih ada harus menyerahkan kekuataannya kepada pemimpin sulintar dan melupakan kejadian itu atau akan dibunuh kecuali bersedia menjadi anggota sulintar. Dan yang lebih mengagetkan adalah bahwa  seorang gadis yang mengantarkan kekuatan petir harus menikahi orang itu sebagai syarat agar kekuatan petir dapat berpindah hal tersebut tertulis jelas pada lembaran buku kuno dan dilihat oleh semua anggota sullintar yang hadir ditempat itu.

Hara sebenarnya tidak keberatan dengan keputusan pertama dan tidak terlalu peduli dengan kekuatan petir itu namun dilihatnya tekanan besar diwajah Aranisa entah apa yang dipikirkannya namun gadis itu tampak berbeda wajahnya dari sebelumnya.

Hal ini juga tidak luput dari perhatian Widi dan disadari juga oleh para anggota sullintar lainnya, suasana yang hening terpecah ketika sebuah kilatan tampak sangat cepat dari arah Hara.

Disaat genting akhirnya perpindahan tempat terjadi semua anggota sullintar terkejut. Karena topi itu sudah diserahan pada ki samber gledek, bagaimana bisa? Ternyata Hara telah menyadari bahwa kekuatan itu sebenarnya terletak juga dikoin kecil yang kini tergenggam di tangannya. Sebuah hal sederhana yang hanya diketahui Hara, kini setiap orang memburunya.

Semua kekuatan Sullintar dikerahkan untuk menemukan dan menangkap Hara. Rombongan berkuda yang mirip kaveleri menyebar, mobil-mobil juga meninggalkan gunung itu. Bahkan burung –burung pun tampak meninggalkan tempat itu.

Aradinia tampak terdiam dan terpaku, Sementara kemurkaan tampak tidak bisa lagi disembunyakan dari wajah keriput Mbah Samber Gledek kemudian dia masuk ke dalam kamarnya diikuti beberapa orang Sulintar. Sementara beberapa wanita cantik mengantar aranisa kembali kekamarnya.

Langit penuh bintang ketika Hara hampir terlelap, meski dia mulai terbiasa untuk berpindah dengan sangat cepat dengan kekuatan yang konon disebut kekuatan petir ini, Bintang-bingtang tampak sangat jelas karena sekarang dia berada disebuah kantor dibawah tiang pemancar  yang tinggi disebuah puncak gunung.

Tiba-tiba melesat sinar didekatnya, terasa sebuah aliran panas yang tidak lama terdengar guruh yang melengking menyesakkan telinga, namun yang lebih mengagetkan seorang dengan jubah hitam datang yang tidak lain adalah Mbah Gledek. Seperti mau lepas  jantung Hara, dilihatnya mata orang tua itu merah dan dari tubuhnya keluar asap sementara ditangan kirinya terdapat sebuah keris yang tampak merah. Sementara tempat di mana dia datang tampak gosong, bagaimana jika ia yang ada ditempat tadi. Saking gugupnya Hara langsung berpindah tempat kesebuah hutan yang pernah ia datangi yang tidak lain berada ditepi danau.

Belum sempat ia menarik nafas dalam kembali kilatan itu datang dan kembali hampir mengenainya. Ia lari menjauh dilihatnya Mbah Gledek, kini dengan tersenyum sangat menakutkan.

“Menyerahlah anak muda!”, teriak Mbah Gledek, membuat Hara bergidik ketakutan. Akhirnya Hara kembali berpindah tempat kesebuah dasar geladak.

Namun kejadian seperti itu terus berulang malam itu. Disiang haripun kadang Mbah Gledek datang entah bagaimana Mbah Gledek dapat mengikuti kemanapun Hara pergi.

Siang itu mbah Gledek tiba-tiba datang dengan caranya yang aneh, Hara sudah kelelahan bahkan ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata ketika teringat Mbah Gledek yang seram, Sampai Hara memutuskan satu hal, ia tarik nafas panjang memikirkan hal yang membuat dia bisa tersenyum. Hara telah sampai disebuah tempat.

Sepasang mata yang indah menyambutya ditempat itu entah apa yang dipikirkannya dia telah berada disamping pintu tempat tinggal Aranisa, biasanya aranisa tampak aktif namun kali ini dia pasrah ketika tangan Hara memegangnya dan mereka berpindah entah kemana.

Aranisa senang, meski hal itu tidak ia nampakkan,

“Aku mengajakmu kesini karena sebenarnya kaulah penyebab masalah ini, maka kaulah yang pasti memiliki kunci penyelesaiannya.” Ucap Hara

“Berkali-kali Mbah Gledek entah bagaimana datang ketempat aku berpindah, itu hampir membuatku gila, padahal aku hanya tidak setuju dengan cara mereka memaksakan pernikahan sehingga mendzalimi seseorang! karena itulah caraku protes.” Terang Hara lagi.

Gadis itu hanya tersenyum.

Gadis itu menerangkan dan menghilangkan keragu-raguan Hara.

Pada akhirnya gadis itu menyatakan bahwa ia pernah membaca salinan buku itu dan tampaknya buku yang sekarang bukan yang asli.

Apa yang akan dilakukan hara? Untuk mengungkap keaslian buku itu?

“Aku  juga tidak yakin akan keaslian buku itu, Baik ayo kita lakukan!”

“Apa?”

“Aku akan kembali kemasa lalu untuk membuktikan kebenaran yang kamu katakan” ucap Hara tegas.

“Tapi itu tidak mungkin, aku bahkan menganggap hal itu hanya cerita” Ara tampak kawatir

“Awalnya aku juga tidak akan percaya, namun kekuatan ini membuat aku percaya tidak ada yang tidak mungkin, dengan kehendakNYA”

“Ku harap ini akan mengakhiri semua hal yang  telah menjadi tidak baik” lanjut Hara.

“Baiklah, kamu menjadi banyak omong sekarang!, itu membuatku sebal”

“Untuk dapat kembali kemasa lalu kau membutuhkan kunci yang dapat mengantarkanmu tepat kemasa yang kau tuju dan jiwa yang kuat, karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi disana”

“Aku tahu dimana bisa mendapatkan kunci itu!, biar besok aku antarkan kau kembali” ucap Hara

“Benarkah?, Namun mungkin kekuatanmu tak akan dapat kembali lagi setelah kau melakukan ini, bagaimana kau dapat melindungi dirimu?”

“Entahlah, aku hanya berpikir dengan mencapai puncak dari misteri ini semua dapat kembali normal”

“Aneh kenapa Mbak Gledek tidak segera menemukan kita, padahal biasanya dia selalu ada setelah aku berpindah”

Malam itu menunjukkan masih pukul dua ketika Ara merasakan ada keanehan memata-matai mereka. Tidak jauh dari dia seorang pemuda tampak tidur dengan nyenyak.

“Berapa lama ia belum tidur pikir Ara”

Pagi itu tampak sepasang deretan lampu mendekati tempat mereka, ternyata itu merupakan rombongan mobil yang tidak lain adalah orang-orang Sulintar. Mereka mengepung tempat Hara dan Ara. Bahkan Dari jurusan lain serombongan berkuda yang tampak dari berbagai arah, suara gaduh itu memaksa Hara membuka matanya. Karena meski matanya terpejam sebenarnya hatinya tidak pernah tidur. Membangun keberanian untuk memulai sebuah perjalanan panjang. Kata siapa membangun itu lebih mudah dari pada menjaga, jika kita membangun sebuah hal dengan keringat dan usaha yang keras maka tentu akan lebih mengerti bagaimana untuk menjaganya.

Saat itu memang aneh, biasanya Mbah Gledek datang dengan gledeknya yang sangat mengganggu Hara akhir-akhir ini namun sekarang beliau berjalan sementara dibelakang dia beberapa orang yang sebelumnya Hara tidak pernah lihat. Ara semakin menunjukkan wajahnya yang kawatir.

Siapakah orang-orang itu? Dikiranya yang dilihatnya waktu itu merupakan semua bagian dari Sullintar namun ternyata sekarang yang datang lebih banyak lagi. Namun Hara tidak memusingkan hal itu, Hara ingin membawa Ara juga berpindah, namun ia urungkan niatnya karena melihat keadaan Ara yang tampak syok melihat pengepung mereka. Lagian akan lebih aman jika tanpa mengajak Ara.

Digenggamnya koin itu dan Hara tahu kemana ia akan pergi, sliupp.. Hara telah berpindah namun aneh ketika dia sampai dia sangat terkejut karena kini dia ada tidak jauh dari tempat tadi ia berpindah, kembali ia berpindah namun hasilnya tetap tak jauh berbeda Hara masih ada disekitar tempat itu.

Orang-orang Sullintar tampak gagah hari itu, meski tampak banyak orang baru, masih dilihatnya Widi disana bersama rombongannya yang tidak pernah Hara lupakan. Suara tanpa pengeras suara namun seolah berhasil menyusur setiap tempat itu berkata:

“Wahai setiap anggota sullintar dengarkanlah, bahwa ada seorang asing yang berani mencuri dari kita kemudiam setelah ia kita beri kemudahan untuk mengembalikan hasil curiannya dengan cara yang sopan namun malah nglunjak mempermainkan kita bahkan membawa gadis kebanggaan kita” Semua terdiam, “Pria tidak tahu diri itumengambil permata yang dititipkan di pangkuan Sullintar, dan menjadikannya tidak sesuci sebelumnya”. “Apakah sullintar masih memiliki wibawa? Apakah hukuman bagi orang asing itu?” teriak Mbah Gledek. Tampak sebagian besar orang menggelengkan kepala. Hara tidak tahu apa maksudnya, namun dia juga tidak dapat melakukan apapun.

“Kitab jayalintang mengatakan seorang yang merusak, merendahkan dan melanggar kewibawaan sullintar tanpa mau menyesali perbuatannya jika anggotanya maka harus dibunuh dan jika orang asing maka akan dijadikan budak selama-lamanya”

“Laksanakan! Laksanakan! Laksanakan!” ucap seluruh anggota sullintar

Hara menjadi agak risau, bukan karena teriakan mereka, namun karena dilihatnya Ara tampak menangis dan terduduk ditanah dengan tangan menyentuh tanah. Hara kembali menggenggam koinnya kuat kuat dilihatnya topi punyanya berada tidak jauh dari tempat mbak gledek bersama dengan kitab yang baru saja mbak gledek baca sementara beberapa orang mulai mengangkat batang-batang kayu yang mereka bawa. Semua mata menghadap kepada Hara. Sementara Hara mendekat kepada Ara sambil memegang pundaknya.

“Tunggulah aku pasti kembali” Hara agak menjongkok dan ahirnya berpindah, tepat ditempat buku jaya lintang, ia mengambil topi kesayangannya dan memukul buku itu jatuh ketanah, sebelum buku itu sampai ketanah Hara telah menghilang.

Keadaan hening, setiap orang mencari kemana lagi pemuda itu akan berpindah, karena setiap ia berpindah tentu tak akan jauh dari tempat itu karena mereka telah memasang banyak sekali tiang yang akan membuat petir hanya akan memutar disekitar tempat itu.

Setelah agak lama mereka anggota sullintar mencari sampai disemak-semak tempat itu namun tidak ada hasilnya maka mereka baru yakin bahwa Hara telah berhasil bebas dari formasi tiang bambu kuning yang mereka buat. Ara berhenti menangis, ia mengusap air mata diwajahnya.

“Apa yang salah dengan memiliki kekuatan petir?” Suara Ara agak keras memecah hening dan kecewanya anggota sullintar.

“Seharusnya dia menjadi seorang yang hormati oleh orang-orang sullintar, namun kenapa kalian malah memusuhi dan memburunya?!”

“Apa yang salah jika pemuda yang baik memiliki anugrah kekuatan petir” Ucap hara dengan kata-kata yang semakin mantap.

“Salah Besar” Sebuah jawaban keluar dari seorang yang sangat disegani yang tidak lain adalah Mbah Gledek sendiri.

Mbah Gledek melanjutkan kata-katanya, “Pemuda itu telah membuat seorang gadis yang terhormat menangis dia juga membuat gadis itu berani melupakan sopan santunnya sehingga mengeluarkan kata-kata tanpa diminta ”.

“Sejak kapan seseorang yang menanyakan keadilan harus meminta izin?” “Itukah keadilan menurut kalian” jawab Ara lebih tegas.

Keadaan tidak terlalu lama hening “Apakah ini berarti seorang yang sebelumnya sangat kita hormati kecantikan dan kepolosannya telah menyerahkan dirinya pada lelaki asing yang baru dikenalnya. Apakah kau mau membela seorang asing dengan menyinggung dan menolak untuk mendapatkan kehormatan menjadi orang penting Sullintar, apakah kau akan membiarkan Sullintar kehilangan kekuatannya karena mengikuti perasaan seorang gadis yang belum tahu apa-apa”

Cerca mbah gledek. Suara Mbah Gledek semakin menggelegar bak guruh. Setiap hati tergetar mendengar suara itu, mata yang tadinya melihat Ara karena kagum akan keelokan parasnya kini matanya mereka seolah seberat batu gunung dan menunduk. Tidak kalah cepat jantung Arapun seakan dipacu, akankah ia mengiyakan atau menolak. Hati Ara mengatakan itu hal itu tidak salah, namun hal itu juga tidak benar. 

Ara pun bertanya pada dirinya sendiri, benarkah ia mencintai Hara?. Apa itu cinta?

“Itu bukan urusanmu, aku menyukai kebenaran dan keadilan”

Angin berhembus sangat kencang, daun-daun berguguran mengenai tanah. Tempat itu masih sama dimana orang Sullintar pilihan yang lebih dari 200 orang berkumpul, disebuah daerah yang lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Bedanya hari semakin terang, keindahan semakin nampak karena sinarnya yang keemasan seperti ombah yang tak pernah mundur, selalu maju sampai setiap tempat menjadi lebih indah. Keadaan damai, namun batin setiap orang kembali bergemuruh. 

Sekelompok orang yang tidak lain adalah  antek Mbah Gledek mulai mencibir Ara, jumlah mereka hanya sedikit jika dibandingkan keseluruhan yang ada disana, namun mereka berani mencoba menyeret Ara, sayangnya mereka lupa siapa Ara sebenarnya. Akhirnya ke delapan orang itu masih belum mampu menangkap Ara. Melihat hal itu mbah gledek memerintahkan beberapa anggota sullintar untuk membantu teman-teman mereka akhirnya kelompok Widi yang maju sayang mereka pun bukan tandingan ara, entah dari mana gadis itu mendapat kekuatan dia bisa mengalahkan mereka semua, namun Widipun tak mau kalah semakin Ara dapat menghindari serangan nya tampak Widi semakin bersemangat menyerang sampai hanya tinggal A ra dan Widi mereka saling berhadapan .

Aneh benar dari tangan Mbah Gledek keluar asap, tampaknya Mbah Gledek siap melepaskan ajian kearah Ara, disaat seperti itu  angin kencang datang seorang pemuda berambut hitam dan tampak percaya diri tiba-tiba ada ditempat itu, dia membawa sebungkus benda didalam sebuah kain yang tidak lain adalah jubah yang semua orang sullintar mengenalnya, itu adalah jubah milik mbah Jayalintang.

“ternyata kau mencari mati anak muda” teriak mbah gledek,

“sekarang aku akan benar-benar mengambil nyawamu”, sambil tangannya semakin lama terhimpun sinar terang yang menyala semakin terang. Selesat sinar mengarah pada hara, namun dengan bungkusan itu ia tangkis lesatan itu. Sinar itu hanya berubah menjadi sebuah besi yang melenggok seperti ular dan menancap di bungkusan itu.

Ternyata tampaklah bahwa dalam bungkusan itu sebuah hal yang membuat setiap orang takjub. Sebuah buku yang sama persis dengan kitab mereka, kitab jayalintang ada ditangan Hara. Seorang yang tadinya meletakkan kitab jayalintang yang satunyapun mengeluarkan kitab yang sama. Bagaimana mungkin!

Hara melemparkan bungkusan itu pada widi, untuk selanjutnya diserakan pada seorang penjaga kitab yang widi percaya, ya ini memang kitab itu sebuah kitab yang hanya terdiri tidak lebih dari 33 halaman dan dengan cekatan ia buka halaman tengah, orang itu seperti seorang pencari harta karun yang menemukan hartanya, begitu sumringah namun sekejab langsung menjadi mendung gelap.

“Tidak mungkin apakah kau benar-benar telah melampaui waktu seperti eyang.” Ucap penjaga kitab itu.

“Kakek, kau harusnya mewakili mereka berterimakasih kepadaku karena aku turut serta membawa bagian yang hilang dari kitab jayalintang. Aku bahkan telah bertemu dengan pembuat kitab ini.” Ucap Hara dengan suara tegas.

Hal itu membuat gaduh orang-orang sullintar yang awalnya begitu tenang.

“Lancang kau anak muda!” Teriak mbah gledek.

“Kenapa mereka harus mempercayai kata-katamu sementara disini banyak orang yang jauh lebih pantas untuk melakukannya”

Sambil berbicara seperti itu, kini asab telah keluar bukan dari tangan namun seluruh tubuh mbah gledek, wajahnya seolah menjadi menjadi mendung, dan seperti mengumpulkan sesuatu kekuatan dari dadanya, yang semakin lama dan semakin terang, Siapa kini yang akan menolong Hara, sementara bungkusan itu telah Hara lemparkan ke salah seorang sullintar yang menurutnya terpercaya, namun Hara tetap tenang. Disaat sinar itu telah menjadi sangat terang tiba-tiba dari arah Hara tadi muncul keluar sinar yang 10 kali lebih terang, yang membuat orang-orang menutup matanya. Tampaknya sinar terang yang sesaat itu telah menghilang namun mbah gledek kini mengeluarkan darah dari mulut dan matanya, ternyata sinar yang terang itu memang tidak membawa kekuatan apapun namun sinar yang terang itu telah merusak konsentrasi mbah Gledek dan membuatnya diserang oleh kekuatannya sendiri.

Melihat hal itu pendukung setia Mbak Gledek kini yang menyerang Hara.

Pada akhirnya terdengar suara nyaring.

“Kau telah berani melukai ketua kami terimalah hukuman mu, bunuh dia” teriak orang-orang itu sambil mengarah menuju Hara. Kini Ara yang hendak menolong Hara, dia menendang orang itu sampai mengenai temannya yang lain.

Widi yang melihat hal itu dan belajar dari hal sebelumnya segera memberikan komando untuk menghentikan penyerang tersebut anehnya mereka menuruti perintah Widi, nyali mereka bertambah menciut mendengar kata-kata Widi selanjutnya, sambil berteria Widi berkata.

“Kalian pikir bisa mengalahkan orang yang telah mengalahkan guru, teriak Widi.

“Tapi kami tak mungkin tinggal diam” teriak salah satu dari mereka.

“Memangnya siapa kau, disini ada para sesepuh, biarkan mereka yang mengambil keputusan.”

Dari keputusan itu akhirnya diketahui bahwa bagian yang hilang dari kitab jayalintang adalah berisi tentang hal-hal yang menyebabkan Sullintar dibubarkan karena jika tidak maka keburukan akan menimpa orang-orang Sullintar.

Widi menemui ara, ara melihat widi dengan ungkapan terimakasih karena telah membiarkan Hara pergi,

Widi tersenyum, sambil memandang ara agak lama,

“Ara meski sullintar telah dibubarkan namun kelak kau tidak boleh bertemu lagi dengan pemuda itu” ucap widi,

“Tapi ..” sanggah ara.

“Jika kau menemuinya maka aku tak dapat menjamin keamanannya lagi, karena bagaimanapun dia yang telah melukai guru, dan kau masih menjadi bagian sullintar”

“Dengarkan itu baik-baik, semua tergantung padamu!” Widi meninggalkan tempat itu, meninggalkan Ara yang terdiam kaku disana.

Waktu berselang sejenak ketika seberkas cahaya melintas dari wajah cantik gadis itu.
“Kenapa aku harus menemuianya, Toh meski kau tidak mengatakannya aku tidak ada lagi urusan dengan pemuda itu”

Ucap Ara, meski dalam hatinya seolah ada protes yang deras dengan apa yang baru bibirnya ucapkan.

Siluet langit dari manapun selalu memiliki kesamaan, Termasuk ketika dilihat dari suatu tempat yang berbeda dimana seorang pemuda dengan rambut lebatnya memulai kembali kehidupannya yang biasa-biasa saja. Hara kembali bersama Prabu, Hakim dan Rikky menikmati kehidupan mereka seperti sedia kala, meski kadang membosankan namun dengan berbagai kejutan Sang Pencipta segalanya menjadi terasa lebih baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan Peran dari Forkopimda Forkopimcam, Muspida, hingga Muspika

Masih banyak yang bertanya-tanya, apa itu arti dari Forkopimda, Forkopimcam, Muspida, dan Muspika? Serta apa peran mereka dalam pemerintahan? Kali ini kita akan bahas pengertian dan peran apa itu Forkopimda Forkopimcam, Muspida, dan Muspika. Serta perangkat yang terlibat dalam setiap kelompok forum atau musyawarah tersebut. Selain untuk menambah wawasan pengetahuan, ini juga penting untuk pemahaman kita mengetahui peranan mereka yang terlibat dalam urusan pemerintahan. Semua perangkat tersebut memiliki funsi yang saling berhubungan satu sama lainnya. Pada fungsi koordinasi antar unsur forkopimda dalam pelaksanaan pembangunan dan penyelesaian masalah-masalah aktual di daerah. Agar terbangun konektivitas antar pusdalsis kabupaten/kota dan provinsi. Hal itu bisa terjalankan dengan adanya kerjasama dan relasi bersama Forkopimcam. Merujuk pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 pasal 26 tentang Pemerintah Daerah. Demikian juga Komunitas Intelejen Daerah (kominda) melaksanakan perannya sebaga...

Cek Koneksi dengan ping 8.8.8.8 -t dan Cara Membacanya

  Bagi seorang operator dapodik disekolah kebutuhan untuk mengecek koneksi internet adalah hal yang lumrah, c ara termudah tentu saja anda membuka browser lalu mencoba mengunjungi situs tertentu seperti google.com , gmail.com , youtube.com atau juga facebook.com . namun menurut saya cara ini kurang dapat memberikan informasi yang lengkap. karena terkadang saat kita mengunjungi sebuah situs/web, dan tidak bisa terbuka , bukan berarti koneksi kita yang bermasalah. bisa jadi juga karena browser yang terkena virus atau juga situs tersebut sedang down (tidak bisa di akses). Oleh karena itu berikut ini tips  Cek Koneksi dengan ping 8.8.8.8 -t dan Cara Membacanya  tanpa perlu membuka browser dan juga memberikan informasi yang lebih lengkap. Koneksi yang di atas menunjukkan bahwa koneksi tidak stabil dan kurang cepat, hal ini dapat dilihat melalui time yang muncul, semakin kecil time maka menunjukkan semakin cepat koneksi Anda, dari time juga dapat dilihat apabila munculnya tida...

Cara Memindah Tata Letak Yang Tidak Bisa Dipindah

Hai ini sering dipartanyakan oleh mereka blogger pemula, "Kok nggak bisa digeser,?" Pertanyaan itulah yang memberi saya ide untuk kembali mengutak-atik template. Toh, cukup membantu kan.? ^_^