Lucunya anak-anak negeri ini
Sebagian anak ada yang malu ketika tampak rajin didepan teman-temannya
Apakah mereka takut dan malu jika nantinya mereka tampak rajin tapi ternyata tidak sukses.
Padahal kesuksesan yang sebenarnya ketika kita bisa beribadah kepada Allah SWT.
Semudah itu sebenarnya jika kita memiliki akidah yang, tapi anak-anak ini masih terlalu muda untuk itu.
Kembali ke anak-anak yang ternyata memilih tidak memperbaiki diri asalkan bisa sama dengan teman-temannya. Seolah mereka merasa asing ketika harus berbeda dengan teman-temannya. Inilah keadaan anak-anak yang belajar disekolah saat ini.
Ketika sebagian besar temannya kini mengalami miss pendidikan yang lainnya bahkan lebih parah lagi kehilangan sosok orang tua bahkan agama. Maka sebagian yang kecil dan ada keinginan baik inipun akan merasa terasing jika memilih yang berbeda dari kebanyakan. Bagaimana solusinya?
-----------------------------------------solusi agama Islam-------------------------------------------------
Dikutip berdasakan laman Saaid pada Jumat (26/2), dari kitab Al-Ghurabaa karya Imam Al-Ajuri, dalam sebuah riwayat disebutkan:
إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود كما بدأ فطوبى للغرباء» قيل: من الغرباء يا رسول الله؟ قال: " النزاع من القبائل
Dari Abdullah dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing." Abdullah berkata, "Dikatakan, "Siapakah orang-orang yang terasing itu?" beliau menjawab: "Orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah (yang sesat)."
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana solusinya (siswa)?
Sebagai orangtua, kita tentu pernah melewati momen dimana kita meminta anak melakukan sesuatu, namun mereka tidak menurut dan menolak untuk mematuhinya. Kadang-kadang anak-anak menolak untuk mendengarkan ketika diberi perintah oleh orang tua. Ini bisa membuat kita frustasi dan bahkan bisa membuat kita emosi sehingga berperilaku buruk terhadap anak, seperti membentak atau berbicara dengan nada tinggi. Sebenarnya, ada beberapa alasan yang mudah dipahami terkait mengapa anak tidak mendengarkan instruksi kita. Selain itu, beberapa tips juga bisa dicoba untuk mengatasi hal ini. Berikut alasan mengapa anak tak mau mendengarkan orangtua dan cara mengatasinya.
1. Kita terlalu banyak memberi perintah atau instruksi Sebagai orangtua, kita tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anak. Namun, jika kita terlalu banyak memberi perintah, peringatan atau instruksi, anak bisa saja menganggap kita sedang tidak serius. Karena, jika terlalu sering, peringatan itu hanya akan dianggap seperti angin lalu di telinga si kecil. Mereka sudah mendengarnya, mereka tahu, tapi mereka tidak menurut, dan terus melakukannya. Untuk itu, ada baiknya memberikan dua peringatan sebelum mereka menghadapi sebuah konsekuensi, seperti dengan menghitung 1, 2, 3. Kebanyakan anak akan menurut karena tahu, bahwa di peringatan ketiga mereka akan menghadapi masalah. Entah itu hukuman atau konsekuensi lainnya. Bila kamu ingin anak benar-benar memperhatikan apa yang kamu katakan, kurangi jumlah peringatan yang diberikan dan mereka akan menanggapi kata-katamu dengan lebih serius.
2. Konsekuensi yang tidak dijalankan Berbicara tentang konsekuensi, jika kita tidak menerapkan ancaman konsekuensi ke tindakan yang sebenarnya, hal ini tidak akan ada artinya bagi si kecil. Misalnya kita mengancam akan melarang anak bermain game jika mereka tidak mau belajar. Namun ternyara hukuman tersebut tidak diterapkan walau mereka tidak belajar. Akibatnya mereka akan terus melakukan hal yang dilarang, karena tahu tidak ada konsekuensi atau akibat yang ditimbulkan. Ketika konsekuensi diterapkan dan diterapkan secara adil (harus dalam konteks dan usia yang sesuai), anak akan segera belajar mengenai aturan. Karena jika tidak, mereka akan menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan, seperti tidak diizinkan bermain permainan kesukaan, atau tidak mendapatkan jatah makanan manis favoritnya. Baca juga: 10 Kesalahan Ayah saat Menghukum Anak
3. Instruksi terlalu panjang Memberikan instruksi yang terlalu panjang akan membuat anak bingung dan enggan menuruti. Sebaliknya, instruksi yang singkat akan membuat mereka mudah memahaminya. Jika memang instruksi yang ingin disampaikan cukup panjang, sampaikannya secara bertahap pada anak. Psych Central mengingatkan para ibu untuk menjaga instruksinya tetap singkat, manis, dan tepat sasaran, dan menghilangkan semua hal yang tidak perlu.
Dengan instruksi yang singkat, anak akan mudah memahaminya dan menurutinya.
4. Ubah ekspektasi Healthyway menyarankan bahwa terkadang kita meminta terlalu banyak kepada anak-anak, dan itu bukan permintaan yang adil. Misalnya, penting untuk dicatat bahwa anak-anak cenderung lebih lelah menjelang penghujung hari, dan oleh karena itu, mereka kurang mampu mengikuti instruksi dengan cara yang jelas dan ringkas. Mereka mungkin tidak dapat sepenuhnya terlibat dalam apa yang kamu minta dari mereka jika mereka lelah. Untuk itu, lihatlah waktu memberikan instruksi. Baca juga: Pola Asuh Toksik Merugikan Orangtua dan Anak, Kenali Tandanya
5. Orangtua tidak bisa mengendalikan emosi Saat anak-anak tidak menurut, orangtua mungkin akan marah dan kehilangan kesabaran. Hal ini justru membuat anak semakin tidak patuh. Ingatlah untuk selalu mengendalikan emosi. Jika sudah mulai hilang kesabaran, alihkan dengan mengerjakan hal lain. Jika sudah mereda, kembalilah ke hadapan anak-anak, dan kembali coba bicara dengan mereka. Tetap tenang dan berikan contoh yang baik.
6. Anak hanya tidak ingin mendengarkan Mungkin saja anak-anak tidak mendengarkan karena mereka tidak mau. Terkadang alasannya memang sesederhana itu. Mereka tidak ingin melakukan apa yang diminta. Ini adalah reaksi yang normal yang dimiliki setiap anak. Misalnya, saat bermain video game, bagaimana bisa kita berharap mereka akan berhenti dan melakukan hal lain? Tentu saja, mereka tidak ingin berhenti. Untuk itu, kita harus membuat kesepatan tentang kapan waktunya dan berapa lama sebaiknya anak bermain game.
7. Ganti nadamu, agar mereka mau mendengarkan Berbicara dengan nada tinggi pada anak-anak atau meneriakkan perintah pada mereka kemungkinan besar tidak akan membuatnya senang. Ketika diucapkan dengan hormat dan dengan perasaan empati, seorang anak lebih cenderung bekerja sama dengan instruksi. Misalnya, "Bersihkan mainanmu; mama sudah bilang ya!” cenderung kurang memberikan hasil yang positif jika dibandingkan dengan; "Aku tahu kamu tidak ingin tidur sekarang, tapi sudah larut dan kamu lelah. Tolong bersihkan mainanmu, dan aku akan naik ke tempat tidur denganmu."
8. Langkah mundur dan pertimbangkan kembali Ambil langkah mundur dan cari tahu apakah ini benar-benar permintaan yang kita inginkan untuk dituruti oleh anak-anak. Terkadang, yang terbaik untuk semua orang adalah jika kita membiarkan semuanya berlalu. Jika anak mengalami hari yang berat atau telah mengalami tantangan dan frustrasi, menambahkan banyak perintah atau instruksi mungkin terasa terlalu berat untuk mereka tangani.
Komentar
Posting Komentar
Tiada gading yang tak retak, saran dan masukan Anda akan sangat membantu kami. Budayakan Membaca Sampai Akhir, Jika ada yang masih kurang jelas, Anda dapat menuliskannya pada kolom komentar di bawah ini atau melalui Contact Us di bagian blog ini.
1. Centang kotak Notify me untuk berlangganan.
2. Setiap Komentar yang masuk akan kami moderasi, sebelum tampil dipublish.
3. Patuhi pedoman berkomentar dengan sopan santun dan menghargai pendapat orang lain.
Semoga kedepannya kita dapat bekerja sama dengan baik!
Salam Sukses dan Bahagia.